Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Program ISS

Russia Berencana Bangun Stasiun Luar Angkasa Baru

Foto : AFP/NASA

Stasiun Luar Angkasa Internasional.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Pejabat antariksa Russia telah memberitahu rekan-rekan mereka di Amerika Serikat (AS) bahwa Moskwa akan terus mengirimkan kosmonotnya ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) hingga stasiun luar angkasa milik mereka dibangun dan beroperasi.

Pernyataan dari Russia itu disampaikan oleh seorang pejabat senior di Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration/NASA), pada Rabu (27/7).

Mengutip dari pernyataan pejabat ruang angkasa senior Russia itu juga, ada indikasi terbaru adalah bahwa Russia setidaknya masih membutuhkan waktu enam tahun lagi untuk mengakhiri kolaborasi orbital dengan Amerika Serikat (AS) yang telah berlangsung lebih dari dua dekade.

Perpecahan dalam program ISS tampaknya semakin nyata setelah pada Selasa (26/7) lalu, direktur jenderal badan antariksa Russia, Roscosmos, yang baru diangkat, Yuri Borisov, mengeluarkan pernyataan yang amat mengejutkan NASA dengan mengumumkan bahwa Moskwa bermaksud menarik diri dari kemitraan stasiun luar angkasa setelah 2024.

Kathy Lueders, kepala operasi luar angkasa NASA, mengatakan dalam sebuah sesi wawancara bahwa para pejabat Russia pada Selasa mengumumkan kepada badan antariksa AS bahwa Roscosmos ingin tetap dalam kemitraan saat Russia berupaya untuk membangun stasiun orbit yang telah direncanakan yang diberi nama ROSS, hingga stasiun luar angkasa baru itu bisa dioperasikan.

"Kami tidak mendapatkan indikasi padatingkat kerja mana pun bahwa ada yang berubah," kata Lueders seraya menambahkan bahwa hubungan NASA dengan Roscosmos tetap berjalan seperti biasanya.

Hingga 2028

Stasiun luar angkasa, sebuah laboratorium sains yang membentang seluas lapangan sepak bola dan mengorbit sekitar 400 kilometer di atas Bumi, telah terus-menerus ditempati selama lebih dari dua dekade dibawah kemitraan yang dipimpin AS-Russia yang juga mencakup Kanada, Jepang, dan 11 negara Eropa.

Segmen stasiun ruang angkasa AS dan Russia sengaja dibangun untuk saling terkait dan saling bergantung secara teknis, sehingga setiap penarikan secara tiba-tiba kerja sama Russia di ISS dapat secara serius mengganggu inti dari program luar angkasa berawak NASA.

ISS sejauh ini merupakan salah satu kerja sama terakhir yang tersisa antara AS dan Russia, meskipun nasibnya telah dipertanyakan sejak Russia menginvasi Ukraina pada Februari lalu, yang membuat hubungan bilateral tegang di berbagai bidang ketika pemerintahan AS pimpinan Presiden Joe Biden memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Moskwa.

Selain itu konflik Ukraina juga memicu ketegangan antara Roscosmos dan Badan Antariksa Eropa (ESA).

Saat berita ini ditulis, masih belum ada kesepakatan resmi untuk memperpanjang partisipasi Russia setelah 2024.

"NASA, Russia dan negara mitra yang turut berpartisipasi di ISS berencana untuk membahas prospek untuk memperluas kehadiran satu sama lain di stasiun luar angkasa ini hingga 2030 selama pertemuan berkala dewan yang mengawasi manajemen stasiun pada Jumat (29/7)," kata Lueders.

Dalam publikasi Roscosmos yang diterbitkan di situs webnya pada Rabu mengenai sebuah wawancara dengan Vladimir Solovyov, direktur penerbangan untuk segmen stasiun ruang angkasa Russia, dikatakan bahwa Moskwa akan tetap berada di stasiun sampai ROSS beroperasi. Dalam sesi wawancara itu, Solovyov mengatakan dia berharap ROSS akan sepenuhnya dirakit di orbit sekitar 2028.ST/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top