Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik di Ukraina I Perang di Ukraina Sudah Berlangsung Lebih dari 11 Bulan

Russia Akhiri Gencatan Senjata

Foto : AFP/Genya SAVILOV

Rayakan Natal l Sejumlah tentara Ukraina pergi ke Gereja Katedral Assumption di Kyiv untuk menghadiri misa Hari Natal Ortodoks, yang jatuh pada Sabtu (7/1). Mereka bisa merayakan Natal setelah Russia mengumumkan gencatan senjata selama 36 jam mulai Jumat (6/1) lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

MOSKWA - Russia mengakhiri gencatan senjata, yang dinyatakannya secara sepihak, saat Natal di Ukraina dan menyatakan akan melanjutkan pertempuran sampai menang atas negara tetangganya itu.

"Setelah gencatan senjata dihentikan, Russia melancarkan pengeboman di Ukraina timur hingga menewaskan satu orang," kata beberapa pejabat setempat pada Minggu (8/1).

Pemberlakuan gencatan senjata sepihak itu merupakan perintah dari Presiden Russia, Vladimir Putin. Sebelumnya pada Jumat (6/1), Presiden Putin memerintahkan agar pertempuran dihentikan selama 36 jam di medan perang guna memberi kesempatan kepada masyarakat Russia dan Ukraina merayakan Hari Natal Ortodoks, yang jatuh pada Sabtu (7/1).

Ukraina sendiri menolak melakukan gencatan senjata. Serentetan tembakan pun dilaporkan terjadi di sepanjang garis depan pertempuran. Seorang pria berusia 50 tahun tewas di wilayah Kharkiv, Ukraina timur laut, akibat bombardir Russia, kata Gubernur Kharkiv Oleh Sinehubov di aplikasi perpesananTelegram.

Kabar soal insiden itu muncul beberapa menit setelah tengah malam di Moskwa.

Sebagian besar masyarakat Ukraina penganut Kristen Ortodoks biasanya merayakan Hari Natal pada 7 Januari, demikian pula para penganut Kristen Ortodoks di Russia.

Gereja Ortodoks Ukraina yang merupakan terbesar di negara itu, sebenarnya memperbolehkan umatnya untuk merayakan Hari Natal pada 25 Desember. Namun, banyak anggota umat yang tetap merayakan hari tersebut pada Sabtu dan mereka terlihat membanjiri gereja-gereja dan katedral.

Kremlin, kantor presiden Russia, mengatakan Moskwa akan melanjutkan gerakan yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina. Sedangkan pemerintah Ukraina beserta negara-negara Barat sekutunya menyebut operasi itu sebagai agresi Russia untuk menguasai wilayah.

"Tugas yang ditetapkan oleh presiden (Putin) untuk melakukan operasi militer khusus akan dipenuhi," kata wakil kepala staf Putin, Sergei Kiriyenko, seperti dikutip kantor berita negara Russia,TASS. "Dan tentunya akan menang," imbuh dia.

Perang di Ukraina saat ini sudah memasuki masa 11 bulan namun tidak ada tanda-tanda akan berakhir. Perang tersebut telah menewaskan ribuan orang, memaksa jutaan lainnya mengungsi, dan menyebabkan kota-kota di Ukraina hancur.

Pergerakan Militer

Pada Rabu (4/1) lalu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan bahwa Russia sedang bersiap-siap melancarkan serangan hebat berikutnya.

Kementerian Pertahanan Amerika Serikat pada Jumat (6/1) mengatakan tujuan Putin untuk menguasai wilayah Ukraina masih belum berubah kendati pasukannya terus mengalami pukulan.

Sementara itu, ada kekhawatiran yang meningkat bahwa Belarus, negara yang setia membela Moskwa, akan dijadikan pijakan untuk menyerang Ukraina dari arah utara. Kekhawatiran itu muncul setelah ada peningkatan pergerakan militer di Belarus dan pengiriman baru tentara Russia ke negara itu.

Menurut laporan pada Sabtu (7/1) malam dari saluran-saluran tak resmi diTelegram yang memantau kegiatan militer di Belarus, pasukan Russia tiba di Belarus dalam dua hari belakangan ini. Pasukan tersebut terdiri dari 1.400-1.600 tentara, yang berdatangan di Kota Vitebsk di Belarus timur laut.Ant/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top