![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Rusia Semakin Terpojok! Sekutu Dekat Rusia yang Dukung Perang Akhirnya Akui Invasi Rusia ke Ukraina Berlarut-larut
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko Ketika Diwawancarai oleh The Associated Press di Istana Kemerdekaan di Minsk, Belarus.
Foto: AP Photo/Markus SchreiberPemimpin otoriter Belarusia mengatakan bahwa dia tidak mengharapkan "operasi" Rusia di Ukraina berlarut-larut begitu lama dan mengklaim dia melakukan "segalanya" untuk menghentikan perang, dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press pada hari Kamis (5/5).
Sebelumnya, Presiden Alexander Lukashenko mendukung invasi Rusia ke Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari. Namun, dirinya mengatakan bahwa tidak berpikir itu akan berlarut-larut.
"Tetapi saya tidak cukup tenggelam dalam masalah ini untuk mengatakan apakah itu berjalan sesuai rencana, seperti yang dikatakan orang Rusia, atau seperti yang saya rasakan. Saya ingin menekankan sekali lagi, saya merasa operasi ini telah berlarut-larut," kata Lukashenko kepada kantor berita AP.
Namun, Lukashenko menuduh bahwa Ukraina berupaya memprovokasi Rusia. Dirinya juga bersikeras bahwa Belarus mendukung perdamaian.
"Kami dengan tegas tidak menerima perang apa pun. Kami telah melakukan dan sedang melakukan segalanya sekarang sehingga tidak ada perang. Terima kasih kepada Anda, saya, negosiasi antara Ukraina dan Rusia telah dimulai," katanya.
Lukashenko juga mengatakan bahwa penggunaan senjata nuklir dalam bentuk apa pun tidak dapat diterima.
"Tidak hanya penggunaan senjata nuklir yang tidak dapat diterima karena itu tepat di sebelah kita, kita tidak berada di seberang lautan seperti Amerika Serikat,"kata Lukashenko.
Walau demikian, dia tidak dapat mengatakan apakah Rusia memiliki rencana seperti itu.
"Apakah Rusia mampu atau tidak, adalah pertanyaan yang perlu Anda tanyakan kepada kepemimpinan Rusia."
AP melaporkan Rusia mengerahkan pasukan ke wilayah Belarusia dengan dalih latihan militer dan kemudian mengirim mereka ke Ukraina sebagai bagian dari invasi yang dimulai pada 24 Februari.
Sebelumnya, Lukashenko secara terbuka mendukung operasi tersebut, menuduh pada pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada awal Maret bahwa Ukraina berencana untuk menyerang Belarusia dan bahwa serangan Moskow mencegahnya.
Lebih lanjut, Lukashenko bahkan mengatakan dia membawa peta untuk menunjukkan kepada Putin dari mana dugaan serangan itu seharusnya terjadi, tetapi tidak memberikan bukti lain untuk mendukung klaim yang diutarakannya.
Lukashenko juga mengatakan kepada AP bahwa Putin tidak mencari konflik langsung dengan NATO, dan mendesak Barat untuk memastikan bahwa itu tidak terjadi.
"Dia kemungkinan besar tidak menginginkan konfrontasi global dengan NATO," kata pemimpin Belarusia itu.
Awal pekan ini, militer Belarusia mengumumkan latihan cepat yang menimbulkan kekhawatiran di Ukraina. Namun, Lukashenko meyakinkan bahwa latihan itu tidak mengancam siapa pun.
"Kami tidak mengancam siapa pun dan kami tidak akan mengancam dan tidak akan melakukannya," tambahnya.
Berita Trending
- 1 Leyton Orient Berharap Kejutkan City
- 2 PPATK Koordinasi ke Aparat Penegak Hukum terkait Perputaran Uang Judi Online Rp28,48 Triliun Jadi Aset Kripto
- 3 Diduga Terlibat Pemerasan, AKBP Bintoro Dipecat dari Polri
- 4 Ini Lima Kunci Sukses Iklan Video di YouTube
- 5 Rencana Perpusnas Mengurangi Jam Operasional Batal
Berita Terkini
-
Sambut Valentine, Reza Arfandy Lepas Single Debut Solo Perdana Bertajuk "Perfect"
-
Pertamina Bawa UMKM Tempe Asal Sukabumi Mendunia
-
Ketua Dewan Pembina SOKSI, Bamsoet: Rapat Pleno Diperluas SOKSI Tetapkan Munas XII SOKSI Digelar 20 Mei 2025
-
Rayakan Perbedaan dan Keberagaman, Bintang Hadirkan Instalasi Imersif ‘Bintang Dunia Tanpa Syarat’
-
Patrick Kluivert Kasih Masukan untuk Jersey Terbaru Timnas Indonesia