Zelenskyy Siap Bertemu Putin untuk Menghentikan Perang
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy saat sesi tanya jawab dengan perwakilan media internasional di Museum Sejarah Nasional Latvia di Riga, Latvia, baru-baru ini.
Foto: AFP/ Gints IvuskansMoskow - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan kesiapannya bertemu Presiden Russia Vladimir Putin dalam upaya menghentikan perang yang telah berlangsung sejak Februari 2022.
Dalam konferensi pers usai bertemu Presiden Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD) Odile Renaud-Basso, Zelenskyy menuduh Putin "takut berbicara" dengannya.
Seperti dikutip dari Antara, Zelenskyy mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa meyakini bahwa "diplomasi tidak mungkin dilakukan tanpa Russia, tanpa Putin."
"Kami siap berdiplomasi, tidak masalah dengan hal itu di sini. Masalahnya, menurut saya, Putin pada dasarnya takut berbicara dengan saya soal mengakhiri perang," kata Zelenskyy pada Kamis (6/2).
Terkait keputusan Ukraina pada 2022 yang melarang segala bentuk perundingan damai dengan Rusia selama Putin masih menjadi presiden, Zelenskyy mengatakan bahwa hal itu tidak berlaku untuknya.
Dia juga menanggapi rencana AS untuk mengakhiri perang di Ukraina.
"Saya yakin tim kami (AS-Ukraina) akan bekerja sama. Tidak ada rencana lain," kata Zelenskyy.
Dia menambahkan bahwa Ukraina sedang menjalin kontak resmi dengan AS, terutama untuk membahas rencana perdamaian.
Sementara itu, Russia belum memberikan tanggapan resmi terkait kesiapan pertemuan tersebut. Selama ini, Kremlin tetap berpegang pada posisinya dalam konflik, sementara upaya diplomasi yang dimediasi oleh pihak ketiga terus berjalan di berbagai forum internasional.
Kendali Eropa
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin, seusai dialog Komunitas Kebijakan Asing Indonesia (Foreign Policy Community of Indonesia/FPCI), di Jakarta, Jumat (7/2) menyatakan tujuan utama Russia menyerang Ukraina adalah untuk membangun kembali kendalinya atas Eropa Timur, Asia Tengah, dan Kaukasus.
"Jadi, idenya bukan Ukraina. Ukraina bukanlah tujuannya. Tujuannya adalah untuk membangun kembali kendali Russia atas Eropa Timur, Asia Tengah, dan Kaukasus," kata Vasyl.
Invasi Russia terhadap Ukraina, menurut dia, merupakan bagian dari upaya Moskow untuk memulihkan Uni Soviet. Dan untuk itu, mereka mempersiapkan hal itu selama beberapa dekade.
"Mereka menyusup ke setiap bagian ekonomi kami, kehidupan sosial kami, politik kami, keamanan kami, intelijen kami, di mana-mana," katanya.
Russia, kata Vasyl, beranggapan bahwa serangan terhadap Ukraina tidak seharusnya menjadi pertumpahan darah. Serangan itu seharusnya menjadi serangan cepat ke ibu kota, lalu membubarkan pemerintahan, memberhentikan presiden, dan mengangkat seseorang yang mereka pilih.
Sayangnya, invasi tersebut mendapat perlawanan sengit dari Ukraina sehingga perang tersebut hingga saat ini belum berakhir.
Berita Trending
- 1 Kepala Otorita IKN Pastikan Anggaran untuk IKN Tidak Dipangkas, tapi Akan Lapor Menkeu
- 2 Masyarakat Bisa Sedikit Lega, Wamentan Jamin Stok daging untuk Ramadan dan Lebaran aman
- 3 SPMB Harus Lebih Fleksibel daripada PPDB
- 4 Polemik Pagar Laut, DPR akan Panggil KKP
- 5 Peningkatan PDB Per Kapita Hanya Dinikmati Sebagian Kecil Kelompok Ekonomi