Rusaknya Kandungan Mineral Pada Lahan Persawahan, Yos Suprapto Tuangkan Kegelisahannya Dalam Lukisan
Pelukis Yos Suprapto menjelaskan lukisannya usai memberikan keterangan pers terkait rencana pameran lukisan di Galeri Nasional, Jakarta
Foto: Koran Jakarta/M. FachriJakarta - Yos Suprapto merupakan pelukis Indonesia yang akrab dengan karya yang bertautan dengan masalah social, lingkungan dan perkembangan baru situasi politik nasional. Dalam rekam jejak pamerannya, Yos tidak pernah lepas dari masalah social. Pada tahun 1994, ia mengangkat isu lingkungan dalam pameran tunggalnya bertajuk "Bersatu Dengan Alam" di Taman Ismail Marzuki. Pada tahun 2001, la kembali menggelar pameran tunggal bertema "Barbarisme: Perjalanan Anak Bangsa di Galeri Nasional yang melontarkan kritik atas budaya kekerasaan dalam realitas kebangsaan kontemporer. Pada tahun 2005, la kembali mengangkat isu sosial, kali ini dalam bentuk kritik atas korupsi di lingkungan elit birokrasi, melalui pameran tunggal bertajuk "Republik Udang" di Tembi Gallery, Yogyakarta. Selain itu, ia terlibat pula dalam pameran bersama yang mengangkat isu-isu sosial seperti pameran "Mata Hati Demokrasi di Taman Budaya Surakarta di tahun 2002. Pada tahun 2017 Yos mengangkat evaluasi mendalam perjanan budaya bangsa terutama budaya maritime yakni "Arus Balik Cakrawala" dipamerkan di Galeri Nasional. Meski masalah social yang diangkat, Yos tetap mempertahankan estika berupa garis, warna dan gaya.
Mengusung tema "Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan 2024" sejumlah lukisan karya Yos Suprapto akan dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta pada 19 Desember 2024. Kali ini ia menampilkan kebolehannya mengolah figurasi realis yang berakar pada tradisi realisme sosial ala Diego Rivera dan Taring Padi dengan simbolisme surealistik yang mengingatkan kita pada sapuan kuas para perupa jogja era 1980-an. Dalam lukisan-lukisannya, komentar dan kritik sosial dihadirkan dalam bahasa simbolisme.
Permainan garis dan warna menjadi ciri khas sangat provokatif dari lukisan Yos. Ada warna hitam, merah, nuansa biru, aneka hijau, coklat, kuning, ungu, jingga, dan putih. Warna-warna tersebut ditampilkan dengan daya visual yang kuat dan keras sifatnya, bersanding satu sama lain yang tampil sebagai komposisi yang tidak halus atau lembut, seperti ada ketegangan. Ada tema sosial, politik, budaya, ekologi, kemanusiaan, semacam komponen-komponen utama dalam kehidupan di negeri ini. Menurut Suwarno dosen pasca sarjana Insitute Seni Indonesia Yogyakarta "Yos Suprapto sebagai perupa selalu membawa ledakan pemikiran yang menarik". "Ekspresi pada karya Yos memiliki keberbagaian kesan dan pesan, yang langsung dan lantang tapi juga terdapat yang lembut dan simbolik, Ringkas cerita, koleksi karya Yos Suprapto mengandung kegalauan seluruh dimensi berkehidupan di Indonesia".
Yos ingin menghadirkan sebuah narasi visual. Layaknya cerita novel mengalir dalam bentuk sapuan warna yang mengundang imajinasi kita untuk sebuah kisah. Melihat lukisan Yos Suprapto dalam pameran kali ini kuat menyarankan adanya cerita. Tampaknya Yos Suprapto adalah seniman yang ingin menyajikan pada kanvasnya cerita yang mengandung "masalah" yang bisa mengusik "ketenteraman kita.
Diakui oleh Yos selama lebih dari sepuluh tahun beliau melakukan penelitian tanah kandungan mineral produktif pertanian dari seluruh provinsi Indonesia. Baik tanah pertanian basah maupun kering di seluruh Indonesia. Hasilnya sebuah mata rantai kebudayaan pertanian yang hilang. Yakni kekuatan budaya agraris mandiri telah lenyap. Lenyapnya budaya mandiri karena ketergantungan pada penggunaan pupuk sintetis dan program sistemik revolusi hijau yang diterapkan di negeri ini. Menurut Direktur Galeri Nasional Jarot Mahendra, "Berharap agar pameran ini memberi awal kesadaran budaya kemandirian agraris tumbuh Kembali. Melalui program program yang diprakarsai Galeri Nasional berharap pameran Yos Suprapto kali Ini menjadi stimulus kemandirian budaya baru agraris. Harapan inilah yang tergambar dalam seri lukisan berjudul "Kebangkitan yang sekaligus juga menjadi tajuk pamerannya". Yos seperti mau menunjukkan kekuatan budaya Agraris bangsa kita sebagai harapan masa depan kemandirian pangan. Pandangan ini bisa dibenarkan lewat sejarah.
Dalam keprihatinan ini juga terletak harapan akan "Kebangkitan Tanah dan Kedaulatan Pangan ke masa depan yang lebih baik. Kebangkitan Tanah dan Kedaulatan Pangan itu hanya akan terwujud apabila kita berhenti membunuh tanah dan kembali menghidupkan budaya kemandirian agraris, Imajinasi visual tentang revitalisasi budaya agraris inilah yang disuarakan oleh Yos dalam seri karya "Kebangkitan Tanah dan Kedaulatan Pangan.
Berita Trending
- 1 Jenderal Bintang Empat Akan Lakukan Ini untuk Dukung Swasembada Pangan
- 2 Warga Dibekali Literasi Digital Wujudkan IKN Kota Inklusif
- 3 Butuh Perjuangan Ekstra, Petugas Gabungan Gunakan Perahu Salurkan Bantuan ke Lokasi Terisolasi
- 4 Pengamat: Rendahnya Pengetahuan Masyarakat Dieksploitasi "Pemain" Judol
- 5 Ini Sejumlah Kebijakan untuk Pengaturan Mobilitas Natal dan Tahun Baru