Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Tantangan Perekonomian I Waspadai Utang yang Sudah Mencapai Rp8.000 Triliun

Rupiah Seharusnya Dibiarkan Bergerak ke Level yang Wajar

Foto : ISTIMEWA

Nilai Tukar Rupiah

A   A   A   Pengaturan Font

"Otomatis jumlah uang yang beredar hari ini besar sekali, namun pertumbuhan ekonomi turun di masa pandemi hanya 2 persen, pada 2021 hanya 3 persen, dan 5 persen pada 2022 dan 2023 ini. Tapi, kok inflasi kita tercatat cuma 3 persenan di 2023 ini? Apakah ini angka inflasi riil, sangat wajar dipertanyakan," papar Maruf.

Dia juga menyotori nilai tukar rupiah yang relatif stabil meskipun BI terus mencetak uang. Depresiasi rupiah terhadap dollar AS relatif terkendali, tetapi masyarakat bisa menduga kalau itu adalah nilai tukar yang artificial. Hal itu terlihat dari suku bunga perbankan yang terus konservatif di tengah kenaikan suku bunga the Fed.

Maruf memaparkan pengalaman Argentina di mana pemerintah berusaha untuk menjaga nilai mata uangnya, peso, agar tidak turun terlalu cepat. Mereka melakukannya dengan cara yang disebut "mendukung nilai peso secara artifisial". Hal itu berarti pemerintah menggunakan berbagai kebijakan, seperti kontrol modal dan mencetak lebih banyak uang, untuk mencegah nilai peso jatuh terlalu drastis terhadap mata uang lain, khususnya dollar AS.

Namun demikian, upaya seperti itu sering kali memiliki konsekuensi buruk. Pada kasus Argentina, nilai peso terlalu tinggi dibandingkan dengan kondisi ekonomi sebenarnya. Akibatnya, ketika pemerintah mencetak lebih banyak uang untuk membantu mengatasi masalah keuangan, malah menyebabkan harga-harga barang naik dengan cepat, atau yang disebut sebagai inflasi tinggi.

"Sekarang, pemerintahan baru di Argentina, di bawah Presiden Javier Milei, mengambil langkah drastis dengan menilai ulang (devaluasi) nilai peso. Mereka melakukan devaluasi, yang berarti nilai peso dibandingkan dengan dollar AS turun sangat signifikan, lebih dari 50 persen," kata Maruf.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top