Senin, 13 Jan 2025, 11:35 WIB

Rupiah Berpotensi Melemah Awal Pekan (13/1)

Foto: ISTIMEWA

JAKARTA - Pelemahan di­pengaruhi data penggajian atau Non Farm Payroll (NFP) Amerika Serikat (AS).

Laporan ketenagakerjaan resmi AS, Jumat (10/1), me­nunjukkan 256 ribu pekerja baru bertambah dibanding­kan dengan 212 ribu pada bulan sebelumnya. Bahkan, capain tersebut jauh melampaui ekspektasi pasar sebesar 160 ribu.

Analis pasar uang, Lukman Leong melihat kenaikan data NFP bakal menekan pergerakan rupiah. Karenanya, Lukman memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Senin (13/1), cenderung melemah di kisaran 16.150-16.250 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada penutupan per­dagangan, Jumat (10/1) sore, menguat 27 poin atau 0,17 persen dari sehari sebelumnya menjadi 16.190 rupiah per dollar AS.

“Rupiah dipengaruhi oleh tren penguatan indeks dollar dan peningkatan yield obligasi pemerintah AS sebagai an­tisipasi data tenaga kerja AS yang akan rilis malam ini,” ujar Analis Bank Woori Saudara Rully Nova di Jakarta.

Penguatan indeks dollar AS yakni sebesar 14 basis points (bps) menjadi 109,24.

Adapun data tenaga kerja AS, Non Farm Payrolls (NFP), yang akan dirilis malam ini diperkirakan mencapai 150 ribu atau lebih rendah dari sebelumnya sebesar 227 ribu.

Sentimen lain terhadap kurs rupiah adalah penjualan obligasi pemerintah Indonesia yang masih terus berlanjut. Aktivitas ini memberikan dampak terhadap peningkatan yield, sehingga kupon obligasi baru yang ditawarkan ke­pada investor akan semakin tinggi.

“Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan obligasi di antaranya ekspektasi penurunan suku bunga The Fed (Federal Reserve) tahun ini yang lebih lambat dari perkira­an semula,” kata Rully.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Antara, Muchamad Ismail

Tag Terkait:

Bagikan: