Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 28 Sep 2020, 14:33 WIB

Rugi Besar, Bila Terlambat Implementasi 5G

Foto:

Idealnya 5G Indonesia sudah harus diimplementasikan pada tahun 2023. Namun jika pada tahun tersebut belum dimulai, maka dapaknya berupa kerugian yang amat besar.

Menurut studi PT Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) Institut Teknologi Banding (ITB), jika pada 2023 Indonesia belum mengimplementasikan 5G secara kemersial, diperkirakan kerugian yang bakal dialami mencapai 1.600 triliun rupiah pada 2030.

Laporan LAPI menyebutkan, implementasi 5G secara agresif di Indonesia dapat menambah 2.874 triliun rupiah bagi perekonomian, atau 9,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) antara 2021 dan 2030.

Bahkan, sumbangan 5G pada 2035 diprediksi dapat meningkat menjadi 3.549 triliun atau sekitar 9,8 persen terhadap PDB. Selain itu, terjadi penciptaan lapangan kerja baru sebanyak 4,6-5,1 juta peluang kerja. Produktivitas per kapita turut terdongkrak sekitar 9-11 juta rupiah dalam periode sama.

"Analisis penilaian dampak berdasarkan skenario 'dasar' dengan asumsi bahwa spektrum 5G kunci dapat dirilis dari 2021 hingga 2023. Kemudian, skenario 'agresif' yang mengasumsikan bahwa seluruh spektrum 5G dapat tersedia pada akhir 2021," ujar peneliti dari LAPI ITB Ivan Samuels.

Guna menghindari kerugian, Ivan minta agar implementasi 5G dipercepat dengan memasukkan sebagai Agenda Prioritas Nasional, meluncurkan Rencana Pita Lebar dan Konektivitas Nasional 2021-2025 yang komprehensif. Kemudian, merilis semua spektrum 5G penting ke operator seluler Indonesia.

Wakil Presiden QualcommTechnologies, ST Liew, mengatakan penerapan5Gakan membuat industri lebih efisien, lebih cerdas, dan lebih aman. Juga memungkinkan platform berskala untuk menghubungkan berbagai jenis perangkat IoT untuk mentransformasi praktik industri.

"Dengan memanfaatkan momentum, Indonesia berpeluang menempati posisi yang sangat baik untuk mencapai target Revolusi Industri 4.0 sesuai dengan agenda Making Indonesia 4.0. Juga demi misi pemerintah mencapai pertumbuhan inklusif. Di mana industri dan masyarakat dapat memperoleh manfaat revolusi digital," kata Liew.

Ivan menambahkan, faktor penting yang membuat Indonesia tertinggal minimnya permintaan dan infrastruktur 5G. "Masih banyak perkajaan rumah yang harus dikebut," kata Ivan. hhay/G-1

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.