Romawi Tidak Cocok dengan Penanggalan Bulan
Foto: IstimewaPeradaban di Eropa khususnya Romawi yang terdapat musim dingin, memiliki masalah dengan kalender yang mengandalkan Bulan. Karena siklus Bulan adalah 29,5 hari, kalender itu sering kali tidak sinkron dengan musim-musim ada yang seharusnya ditandai.
Februari diwakili oleh pemandangan petani Eropa di pertanian mereka dalam kalender abad ke-15 yang ditemukan di Tres Riches Heures du Duc de Berry. Dalam upaya untuk menjernihkan kebingungan, orang Romawi awalnya menambah satu bulan tambahan, yang disebut Mercedonius, setiap dua atau tiga tahun.
Foto : afp/ VYACHESLAV OSELEDKO
Namun aturan penambahan itu tidak diterapkan secara konsisten, dan berbagai penguasa menambah kebingungan dengan mengganti nama bulan.
“Situasinya menjadi lebih buruk karena kalender bukanlah dokumen yang tersedia untuk umum,” tulis sejarawan Robert A Hatch dikutip dari National Geographic.
“Kalender dijaga oleh para pendeta yang tugasnya adalah membuatnya berfungsi dan menentukan tanggal hari raya keagamaan, festival, dan hari-hari ketika bisnis dapat dan tidak dapat dilakukan,” imbuh dia.
Akhirnya, pada tahun 45 SM, Julius Caesar menuntut versi yang direformasi yang kemudian dikenal sebagai kalender Julian. Kalender ini dirancang oleh Sosigenes dari Alexandria, seorang astronom dan matematikawan yang mengusulkan kalender 365 hari dengan tahun kabisat setiap empat tahun.
Meskipun ia telah melebih-lebihkan panjang tahun sekitar 11 menit, kalender tersebut sebagian besar selaras dengan Matahari. Kalender baru Caesar memiliki inovasi lain: tahun baru dimulai pada tanggal 1 Januari, hari ketika para konsulnya sepasang pria yang merupakan cabang eksekutif republik dilantik.
Namun meskipun kalender Julian bertahan selama berabad-abad, tanggal tahun barunya tidak selalu dihormati oleh para pengadopsinya. Sebaliknya, umat Kristen merayakan tahun baru pada berbagai hari raya.
Selain beberapa perubahan oleh penguasa Romawi lainnya, kalender Julian sebagian besar tetap sama hingga tahun 1582. Tahun ini Paus Gregorius XIII menyesuaikan kalender agar lebih akurat mencerminkan jumlah waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengelilingi Matahari.
Kalender lama memiliki panjang 365,25 hari, kalender baru memiliki panjang 365,2425 hari. Kalender baru juga menggeser tanggal, yang telah bergeser sekitar dua minggu, kembali sinkron dengan pergeseran musim.
Hanya dengan reformasi Gregorian tahun 1582, tanggal 1 Januari benar-benar ditetapkan sebagai awal tahun baru bagi banyak orang. Meski demikian tidak semua orang beralih ke kalender Gregorian yang baru. Sebagai hasilnya, liburan Natal jatuh pada bulan Januari bagi anggota gereja ortodoks timur. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Pemerintah Siapkan Pendanaan Rp20 Triliun untuk UMKM-Pekerja Migran
- 2 Usut Tuntas, Kejati DKI Berhasil Selamatkan Uang Negara Rp317 Miliar pada 2024
- 3 Pemkot Surabaya Mengajak UMKM Terlibat dalam Program MBG
- 4 Antisipasi Penyimpangan, Kemenag dan KPAI Perkuat Kerja Sama Pencegahan Kekerasan Seksual
- 5 Seekor gajah di Taman Nasional Tesso Nilo Riau mati
Berita Terkini
- Berdasarkan Bukti yang Ada, Polisi Tetapkan Penyewa Mobil Kasus KM 45 Tol Tangerang sebagai Tersangka
- Makin Kokoh Pertahannya, Bek Timnas Jay Idzes Kembali Tampil Penuh Ketika Venezia Ditahan Imbang
- Bersiap untuk Kembali Macet, 509.473 Kendaraan Kembali ke Jabotabek
- Banyak Sekali, Terjadi 360 Bencana Ekologis di Sulsel Selama 2024
- Gara-gara Diblokir Kesepakatan dalam Pembelian US Steel, Nippon Jepang Marah dan Akan Gugat AS