
Roket Hantam Pangkalan AU Junta
Dukung NUG l Demonstran memegang poster dukungan terhadap National Unity Government (NUG) dalam sebuah aksi protes di Desa Pandale, Dawei, Myanmar, Kamis (29/4). NUG adalah pemerintahan tandingan yang menentang junta yang berkuasa di Myanmar.
Foto: AFP/DAWEI WATCHYANGON - Militer Myanmar pada Kamis (29/4) melaporkan bahwa dua pangkalan angkatan udara telah diserang roket. Tidak jelas siapa yang berada di balik serangan itu, tetapi sebelum serangan roket itu terjadi, dalam beberapa pekan terakhir militer Myanmar telah melancarkan serangan udara terhadap kelompok Karen National Union (KNU), salah satu pasukan pemberontak etnis terkemuka.
"Pangkalan udara di pusat Kota Magway dan Meiktila terkena tembakan roket pada Kamis pagi, tetapi tidak ada kerusakan akibat serangan itu," lapor seorang juru bicara junta militer.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak para jenderal merebut kekuasaan, menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dalam kudeta pada 1 Februari lalu.
Kudeta itu kemudian menimbulkan gelombang aksi protes hampir setiap hari di seluruh Myanmar dimana para pengunjuk rasa menyerukan agar demokrasi dipulihkan. Sejak saat itu aksi protes menentang kudeta ditanggapi oleh pasukan keamanan junta dengan penumpasan yang disertai kekerasan berdarah.
Kelompok pemantau lokal, Assistance Association for Political Prisoners, melaporkan bahwa sejak kudeta 1 Februari hingga saat ini pasukan keamanan junta telah menewaskan lebih dari 750 warga sipil tewas dan menahan ribuan warga lainnya.
Sementara itu pertempuran juga berkobar antara militer dan kelompok-kelompok milisi pemberontak etnis Myanmar. Beberapa kelompok pemberontak etnis ini diantaranya telah mendukung gerakan protes dan memberi perlindungan terhadap aktivis demokrasi yang melarikan diri dari junta.
KNU, ??yang menguasai wilayah di sepanjang perbatasan Myanmar dengan Thailand, pada Selasa (27/4) lalu menyerang dan menghancurkan sebuah pos militer, sehingga mendorong militer Myanmar untuk menanggapinya dengan melancarkan serangan udara.
Meningkatnya bentrokan antara militer dan pemberontak etnis telah membuat beberapa pengamat, termasuk pengamat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk memperingatkan bahwa krisis di Myanmar bisa berubah menjadi konflik yang lebih luas.
Tuntut Bebaskan Tapol
Semantara itu pemerintah tandingan Myanmar, National Unity Government (NUG), pada Rabu (28/4) menyatakan bahwa mereka menolak berunding dengan junta hingga rezim militer itu membebaskan lebih dari 3.000 tahanan politik (tapol).
Perundingan dengan junta tercantum dalam 5 butir konsensus yang dihasilkan pada pertemuan tingkat tinggi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/Asean) di Jakarta, Sabtu (24/4) , namun konsensus Asean yang membahas upaya dihentikannya krisis di Myanmar itu sama sekali tak menyinggung soal pembebasan tapol.
"Kami tak akan mau terlibat dalam dialog sampai para pemimpin dari pemerintahan sipil sebelumnya yang ditahan, termasuk Penasihat Negara Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint, dibebaskan," demikian pernyataan NUG.
Menurut perwakilan tetap Myanmar untuk PBB, Kyaw Moe Tun, tuntutan NUG itu dilontarkan agar jika terjadi dialog maka akan bermakna, "Kami meyakini hanya jika para tapol dibebaskan, dialog akan adil dan bermakna," pungkas Kyaw. AFP/BenarNews/I-1
Berita Trending
- 1 PTN Dukung Efisiensi Anggaran dengan Syarat Tak Ganggu Layanan Tri Darma Perguruan Tinggi
- 2 Digitalisasi dan Kolaborasi, Kanal Pupuk Indonesia Lebih Dekat Dengan Petani
- 3 Ini Jadwal Liga 1 Indonesia: Persebaya vs Persib
- 4 Superindo Menyediakan 1.200 Paket Diskon Sembako "Friday Mubarak" Aprindo
- 5 Tarif Amerika Serikat Pengaruhi Kebijakan Perekonomian Global
Berita Terkini
-
Diam-diam Mantan Perwira CIA Membantu Blake Lively dalam Sengketa dengan Sutradara Justin Baldoni
-
Dipimpin Wali Kota, Perayaan Bulan Suci Ramadan di London Masuki Tahun Ketiga
-
Aktor Gene Hackman Diperkirakan Meninggal Sembilan Hari Sebelum Ditemukan
-
Kondisi Terkini, Paus Fransiskus Beristirahat Setelah Malam yang Tenang
-
Alami 'Krisis Pernapasan', Kondisi Paus Tiba-tiba Memburuk