Ribuan Orang Peringati Pemberontakan Mahasiswa
Sejumlah mahasiswa dan warga dukung saat turun ke jalan untuk mengikuti peringatan pemberontakan yang dipimpin mahasiswa pada Agustus 2024. Aksi pemberontakan tersebut berujung dengan tergulingnya Perdana Menteri Sheikh Hasina.
Foto: AFP/Munir UZ ZAMANDHAKA - Ribuan warga Bangladesh pada Selasa (31/12) turun ke jalan untuk mengikuti pawai untuk persatuan di Ibu Kota Dhaka saat memperingati pemberontakan yang dipimpin mahasiswa lima bulan lalu yang menyebabkan tergulingnya Perdana Menteri Sheikh Hasina dan mengenang lebih dari 1.000 orang yang tewas dalam kekerasan tersebut.
Kelompok Mahasiswa Melawan Diskriminasi (SAD) yang memimpin protes, membatalkan rencana untuk menyerukan perubahan konstitusi negara tahun 1972 pada unjuk rasa tersebut, setelah pemerintah sementara mengumumkan pada Senin (30/12) bahwa mereka akan menyiapkan maklumat (proklamasi) terkait isu ini.
SAD mengatakan bahwa proklamasi revolusi Juli sangat penting untuk menghormati pengorbanan para pengunjuk rasa yang tewas atau terluka, dan berfungsi sebagai dokumen yang mencerminkan aspirasi rakyat. Namun beberapa analis politik telah menyatakan kekhawatiran bahwa akan ada ketidakstabilan baru jika mahasiswa mengupayakan perubahan konstitusi tanpa konsensus yang lebih luas.
Menanggapi hal itu, kantor peraih Nobel Perdamaian, Muhammad Yunus, yang memimpin pemerintahan sementara di Bangladesh mengatakan akan mencari konsensus nasional mengenai deklarasi pemberontakan Juli dengan fokus pada persatuan, reformasi negara, dan tujuan pemberontakan yang lebih luas, seraya berharap agar deklarasi tersebut segera dirampungkan.
Pulihkan Stabilitas
Pada unjuk rasa hari Selasa, sejumlah kelompok mahasiswa datang dari seluruh negeri dan keluarga korban tewas dalam kerusuhan juga ikut serta dalam aksi unjuk rasa tersebut. Mereka membawa bendera nasional dan meneriakkan slogan-slogan menentang Hasina.
"Anak saya Shahriar, seorang siswa kelas sembilan, terbunuh (selama protes)," kata Abul Hasan dalam unjuk rasa tersebut. "Air mata kami tidak akan pernah berhenti, rasa sakit ini tidak akan pernah berakhir," imbuh dia.
Protes tersebut awalnya dipicu oleh penentangan terhadap kuota pegawai negeri sipil. Apa yang dimulai sebagai gerakan yang dipimpin mahasiswa, dengan cepat berubah menjadi pemberontakan yang lebih luas dan berskala nasional terhadap pemerintahan Hasina.
Kerusuhan mencapai puncaknya pada tanggal 5 Agustus, ketika kekerasan memaksa Hasina mengundurkan diri dan melarikan diri ke India, tepat sebelum pengunjuk rasa menyerbu kediaman resminya.
Tercatat lebih dari 1.000 orang tewas selama protes tersebut, menandai periode paling mematikan di negara itu sejak perang kemerdekaan tahun 1971.
Pemerintah sementara yang telah dibentuk, saat ini memiliki tugas untuk memulihkan stabilitas dan mempersiapkan pemilu. Pemimpin pemerintah sementara Yunus mengatakan pemilu di Bangladesh diperkirakan baru bisa dilaksanakan pada akhir tahun 2025 mendatang. ST/I-1
Berita Trending
- 1 Catat! Ini Daftar Lengkap Harga BBM Pertamina yang Resmi Naik per 1 Januari 2025
- 2 Usut Tuntas, Kejati DKI Berhasil Selamatkan Uang Negara Rp317 Miliar pada 2024
- 3 Kalah di Beberapa Daerah pada Pilkada 2024, Golkar Akan Evaluasi Kinerja Partai
- 4 Antisipasi Penyimpangan, Kemenag dan KPAI Perkuat Kerja Sama Pencegahan Kekerasan Seksual
- 5 Seekor gajah di Taman Nasional Tesso Nilo Riau mati
Berita Terkini
- 37 Tahun Berdiri, Restoran Indonesia di Hong Kong Bisa Renovasi dari Diaspora Loan BNI
- Film ‘How to Make Millions Before Grandma Dies’ Menginspirasi Penonton untuk Berbagi Cerita
- Jelang Pelantikan, Trump akan Dijatuhi Hukuman atas Kasus Uang Tutup Mulut
- Penumpang Nataru di Bandara Soetta Tembus 2 Juta
- Khofifah: Hari Braille Sedunia Momen Tingkatkan Hak Sisabilitas Netra