Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ketersediaan Energi I PLTS Australia Menjadi Salah Satu Instalasi Energi Terbarukan Terbesar di Dunia

RI Harus Sadar Pentingnya Membangun Energi Surya untuk Masa Depan Bangsa

Foto : ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo

Bangun PLTS secara Besar-besaran I Petugas PLN Indonesia Power UBP Bali membersihkan panel surya pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali, Selasa (22/10). Pemerintah melalui PLN seharusnya membangun PLTS secara besar-besaran mengingat pentingnya energi bersih untuk masa depan bangsa dan negara Indonesia.

A   A   A   Pengaturan Font

» Singapura menaikkan target impor listrik bersihnya menjadi 6 GW pada bulan September, yang akan memenuhi sekitar 30 persen permintaan listrik pada tahun 2035.

SINGAPURA - Menteri Kedua Perdagangan dan Industri Singapura, Tan See Leng, pada Selasa (22/10), mengatakan Singapura telah menyetujui secara bersyarat impor listrik tenaga surya senilai 24 miliar dollar Amerika Serikat (AS). Impor listrik dari dari wilayah Utara Australia dengan kapasitas 1,75 gigawatt (GW) akan dimulai setelah 2035. Singapura menyadari betapa pentingnya energi hijau yang dihasilkan dari tenaga Matahari untuk masa depan negaranya.

Makanya Singapura berani mengeluarkan biaya tidak sedikit untuk mengalirkan listrik melalui kabel bawah laut dari Australia. Dengan menggunakan energi Matahari, selain mengurangi polusi, Singapura juga akan mendapat kredit karbon. Dikutip dari The Straits Times, pengembang proyek tenaga surya Australia akan membangun ladang tenaga surya besar di wilayah selatan Darwin. Listrik yang dihasilkan akan disalurkan ke Singapura melalui kabel bawah laut sepanjang 4.300 kilometer.

Listrik sebesar 1,75GW mewakili sekitar 9 persen dari total kebutuhan listrik Singapura. Berbicara di Asia Clean Energy Summit, Tan mengatakan proyek tersebut merupakan proyek yang ambisius, mengingat skala dan jarak antara Australia dan Singapura. Negaranya akan terus memberikan lampu hijau bagi proyek impor listrik bersih yang kredibel, meskipun proyek tersebut membutuhkan waktu lebih lama untuk terealisasi dan diperpanjang hingga setelah tahun 2035.

Proyek Sun Cable telah dimulai sejak awal 2019, dengan target pembangunan dimulai paling cepat pada pertengahan tahun 2023, sedangkan pengoperasian diproyeksikan akan dimulai pada awal 2026 dan selesai pada akhir tahun 2027.

Namun, pada Januari 2023, proyek tersebut gagal ketika Sun Cable terjadi perselisihan pendanaan antara raja pertambangan Australia, Andrew Forrest dan salah satu pendiri perusahaan teknologi Atlassian, Mike Cannon-Brookes. Pada Mei tahun itu, konsorsium yang dipimpin oleh Grok Ventures milik Cannon- Brookes mengakuisisi perusahaan tersebut, dan merampungkan pengambilalihan tersebut pada bulan September 2023. Pemerintah Australia memberikan lampu hijau bagi proyek tersebut pada bulan Agustus 2024, yang memungkinkan listrik untuk diekspor ke Singapura.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top