RI Bisa Optimalkan Penerimaan dari Perdagangan Karbon di Pasar Global
JAKARTA - Hasil kesepakatan pertemuan masalah iklim COP-26 di Glasgow beberapa waktu lalu menyepakati untuk semakin meningkatkan permintaan global akan kredit karbon, sehingga membuat harga jual karbon menjadi lebih tinggi.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam keterangan tertulisnya mengatakan Indonesia yang memiliki hutan dan lautan yang luas berpotensi menghasilkan kredit karbon yang dapat ditransaksikan di tingkat global untuk pencapaian target penurunan emisi di banyak negara.
"Pertemuan G20 dapat digunakan untuk melakukan kerja sama ini dengan negara-negara maju," kata Airlangga.
Indonesia, jelasnya, memiliki potensi pendapatan sebesar 565,9 miliar dollar AS atau setara dengan 8.000 triliun rupiah dari perdagangan karbon dari hutan, mangrove, dan gambut.
Lebih lanjut dikatakan, ada lima sektor penyumbang emisi karbon, yaitu kehutanan dan lahan, pertanian, energi dan transportasi, limbah, serta proses industri dan penggunaan produk. Berbagai kebijakan, paparnya, telah disiapkan untuk menanggulangi emisi karbon di berbagai sektor tersebut.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya