Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Renograf, Alat Deteksi Dini Gangguan Fungsi Ginjal

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Dokter Spesialis Kedokteran Nuklir di Rumah Sakit An Nur, Gogot Suyitno, mengatakan alat renogram menjadi pilihan yang aman dan terjangkau untuk mendeteksi gangguan yang terjadi pada ginjal manusia.

Tak hanya untuk mendeteksi kanker, energi nuklir juga bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan ginjal. Renograf nama alat ini, menggunakan energi nuklir untuk mendeteksi kelainan dan mengetahui sejauh mana tingkat kelainan yang dialami agar mudah melakukan perawatan selanjutnya.

"Diagnosis dari kedokteran nuklir memeriksa kelainan fungsional. Ada sumbatan apa nggak, fungsinya menurun apa nggak," ujar dr Gogot Suyitno SpKN SpRad, dokter spesialis kedokteran nuklir di Rs An Nur Yogyakarta dalam acara Press Tour Badan Teknologi Nuklir dan ditulis Selasa (26/11/2013).

Pendeteksi dini ginjal ini berbentuk 'kursi pintar' yang dilengkapi dengan beberapa kabel dan perangkat komputer disertai kotak kecil sebagai 'otak' nya.

Dr. Gogot menjelaskan, pendeteksian bisa dilakukan dengan alat radio. Namun hasilnya tidak seakurat dengan pendeteksian yang menggunakan nuklir atau alat bernama radiograf.

"Kalau radiologi hanya melihat strukturnya (bentuk) saja, tidak bisa melihat dalamnya," ucap Gogot.

Lanjut Gogot, radiologi dan kedokteran nuklir bisa saling melengkapi.

"Kalau renograf tidak ada gambarnya (non imaging), sedangkan radiologi ada gambarnya. Jadi bisa saling melengkapi," jelas Gogot.

Proses Pemeriksaan

Dalam melakukan pemeriksaan, pasien yang akan melakukan pemeriksaan tak perlu melakukan persiapan khusus seperti puasa.

"Hanya tidak boleh untuk wanita hamil. Sama seperti pemeriksaan radiologi. Karena khawatir memengaruhi perkembangan janin," ungkap dia.

"Setiap hendak dipakai, alat renograf di siapkan satu jam sebelumnya," tambah Gogot.

Setelah itu, urainya, disuntikan isotop dan ditunggu sekitar 25 menit untuk mendapatkan hasilnya." Lalu sebelum pulang pasien diminta buang air kecil, untuk mengeluarkan sisa isotop di kamar mandi khusus perawatan Renogram itu," tuturnya.

Pemeriksaan menggunakan kedokteran nuklir, paparnya, merupakan pilihan saja. Namun manfaatnya sangat bagus karena keakuratannya itu.

"Karena bisa menerangkan profil fungsi bukan profil anatomi. Lebih aman dan akurat. Manfaatnya lebih banyak dari risikonya. Melebihi risiko yang mungkin bisa ditimbulkan," tutur Gogot.

Selain itu, juga disarankan untuk memeriksakan diri jika mengalami keluhan pada ginjal. Dan tak perlu menunggu waktu lama, agar renograf dapat membantu mendeteksi.

"Kebanyakan pasien yang masuk sudah stadium tinggi. (Stadium 3 atau 4). Padahal semakin tinggi stadium, semakin sulit renograf mendeteksi.

Untuk menjaga kualitas dan keamanan pemeriksaan renogram, rumah sakit yang bersangkutan harus memenuhi beberapa persyaratan seperti izin dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), operator berlisensi atau dokter spesialis kedokteran nuklir serta pengendalian kualitas renogram setiap alat akan digunakan.

Harga pemeriksaan gangguan ginjal menggunakan renogram lebih terjangkau, sekitar Rp 600 ribu, bila dibandingkan dengan alat "gamma camera" sekitar Rp 800 ribu atau bahkan "pet scan" yang mencapai Rp 8 juta.

Untuk menghindari paparan radiasi tercecer di sembarang tempat, dr Gogot mewajibkan pasien agar buang air kecil di toilet. "Pada 25 menit pertama setelah pemeriksaan renogram, sekitar 75 persen bahan radioaktif dikeluarkan melalui urine. Oleh karena itu pasien tidak boleh buang air kecil di sembarang tempat," jelas Gogot. Sebanyak 25 persen radioaktif yang tersisa di tubuh akan dikeluarkan pada urin kedua atau tiga kali.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Zulfikar Ali Husen

Komentar

Komentar
()

Top