Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pengelolaan APBN

Realisasi Anggaran Covid-19 dan PEN Capai Rp1.895 Triliun

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Staf Khusus Menteri Keuangan bidang Komunikasi Strategis, Yustinus Prastowo, menyebutkan pemerintah menggelontorkan anggaran sebesar 1.895 triliun rupiah untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PEN) dalam tiga tahun terakhir.

Dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Sabtu (22/10), dia menilai belanja yang sangat besar itu tidak sia-sia dan membuahkan hasil yang positif, yakni terkendalinya penyebaran Covid-19, sehingga aktivitas ekonomi dapat berjalan kembali hingga mencapai level sebelum krisis hanya dalam satu setengah tahun. Indonesia pun mampu mempertahankan dan mengoptimalkan potensi ekonomi dengan menuai hikmah dari wabah.

"Kita juga relatif bisa menjaga berbagai indikator. Inflasi kita terjaga, beberapa perbandingan dengan negara Asean dan G20 cukup bagus, level produk domestik bruto (PDB) riil cukup bagus, dan stabilitas eksternal terjaga," kata Prastowo dalam dialog Capaian Kinerja Pemerintah Tahun 2022.

Indonesia termasuk sebagai salah satu negara dengan tingkat inflasi yang terjaga, baik di Asean maupun G20, yakni pada September 2022 di level 5,95 persen. Sebagai perbandingan, inflasi Amerika mencapai 8,2 persen dan Inggris 10,1 persen.

Pendapatan Tumbuh

Menurut Prastowo, pendapatan negara pada 2022 tumbuh 49,8 persen setelah dua tahun mengalami penurunan kinerja akibat Covid-19. Hal itu membuat belanja negara dapat terealisasi cukup besar dan lebih baik, seperti untuk penanganan pandemi, bantuan sosial (bansos), dan transfer ke daerah.

Kendati begitu, rasio utang sering menjadi sorotan pada masa pandemi lantaran banyak negara yang menaikkan utangnya demi penanganan Covid-19. Rasio utang Indonesia terhadap PDB memang sempat menyentuh 41 persen, tetapi saat ini sudah turun menjadi 38 persen.

Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pun terjaga di atas 50, yang menunjukkan sektor industri ekspansif. Hal itu sebagai geliat yang baik, karena Indonesia berarti melakukan impor bahan baku serta barang modal untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor.

Dia menyebutkan salah satu poin penting perekonomian adalah neraca perdagangan, karena Indonesia berhasil mencatatkan surplus 29 kali berturut-turut.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top