Ratu Boko, Situs Reruntuhan Istana Megah di Atas Bukit
Terlepas dari legenda yang beredar di masyarakat, diperkirakan Situs Ratu Baka dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa Syailendra yang beragama Buddha. Namun kemudian situs tersebut diambil alih oleh raja-raja Mataram kuno Hindu. Akibat dari peralihan kepemilikan itu menyebabkan bangunan kraton ini dipengaruhi oleh Hinduisme dan Buddhisme.
Dalam sejarahnya, Situs Ratu Boko ditemukan pertama kali oleh arkeolog Belanda, HJ De Graaf pada abad ke-17. Pada 1790, peneliti Belanda bernama Van Boeckholtz menemukan kembali reruntuhan bangunan kuno itu. Penemuannya dipublikasikan secara luas sehingga menarik minat para ilmuwan lain seperti Mackenzie (1814), Junghun (1884), dan Brumund (1854),terlibat dalam pencatatan di sana.
Ketika memasuki awal abad ke-20, Situs Ratu Boko diteliti kembali oleh FDK Bosch. Hasil penelitiannya dilaporkan dalam tulisan berjudulKeraton Van Ratoe Boko. Dalam penelitian ia menemukan sebuah patung yang menggambarkan seorang pria dan wanita berkepala dewa yang saling berpelukan. Ia juga menemukan sebuah tiang batu bergambar binatang-binatang, seperti gajah, kuda dan lain-lain.
Di Situs Ratu Baka ditemukan sebuah prasasti berangka 792 M yang dinamakan Prasasti Abhayagiriwihara dengan aksara pra-nagari. Isi prasasti tersebut mendasari dugaan bahwa istana Ratu Boko dibangun oleh Rakai Panangkaran.
Prasasti dengan aksara pra-nagari umumnya merupakan salah satu ciri prasasti agama Buddha. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa Raja Teja Purnama Panangkaran, yang diperkirakan adalah Rakai Panangkaran, telah memerintahkan pembangunan Abhayagiriwihara.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya