Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ramadan dan Keprihatinan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Hari ini, hampir seluruh umat Islam Tanah Air dan berbagai belahan dunia mulai menjalankan ibadah puasa. Hanya beberapa kelompok, seperti Tarekat Naqsabandyah yang sudah memulai puasa, Senin lalu. Tidak apa-apa, itulah cermin kebinekaan dalam Islam. Yang penting umat menjalankannya dengan taat dan tidak saling menyalahkan. Sayang, kegembiraan menyambut Ramadan penuh berkah dan pahala, ternoda dengan tindakan brutal sekelompok orang yang dengan ideologi dan pandangannya sendiri, melakukan teror dan pembunuhan terhadap orang-orang tak berdosa.

Karena itu, kita sangat prihatin atas tindakan teror yang justru membuat umat Islam terdampak. Untungnya publik semakin paham bahwa teror yang berturut-turut dilakukan mulai Mako Brimob, tiga gereja dan Mapoltabes Surabaya, lalu serangan Polda Riau, tidak ada kaitan dengan agama Islam. Para pelaku hanyalah memakai Islam dan agama untuk tindakan yang tak masuk akal. Karena itu, kita mendukung upaya aparat dan segenap komponen bangsa untuk mencegah dan memberantas terorisme Tanah Air.

Menyambut Ramadan, kita memang harus lebih hati-hati dan waspada, agar terhindar dari teror yang mungkin masih akan dilakukan mereka yang tak memahami agama secara benar. Meski demikian, kehati-hatian tidak boleh menyurutkan niat untuk terus menyadarkan masyarakat agar saling mengingatkan dan mempertebal iman. Dengan keimanan yang benar, baik umat muslim maupun lainnya dapat menjalankan agama masing-masing dengan penuh kasih.

Mengapa harus penuh kasih dalam mempraktikkan semua ajaran agama? Sebab jika ditelusuri dan pelajari, semua kitab suci dan berbagai ajaran para tokoh agama, tidak satu pun mengajarkan teror, apalagi membunuh orang tak berdosa. Begitu pula dalam agama Islam, Alquran dan hadist mengajak umat berbuat baik dan menanggalkan segala perbuatan buruk. Umat diwajibkan melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar. Jadi, sekali lagi, jika ada orang yang kemudian menjadi radikal, lalu melakukan teror, murni karena pengaruh ajaran dari tokoh-tokoh yang punya niat dan tujuan jahat.

Mari selama Ramadan menebarkan makna dan kebaikan puasa bagi umat dan masyarakat. Karena puasa membuat umat merasakan penderitaan orang lain, terutara kelompok yang selama ini kurang beruntung secara ekonomi. Lapar yang dirasakan umat Islam dalam ibadah hanyalah sementara, sebab saat berbuka puasa, berbagai sajian tersedia. Sedangkan, masyarakat yang lapar karena situasi ekonomi, mereka mungkin merasakannya berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Jadi, empati yang tumbuh dalam proses puasa harus pula ditransformasikan dalam bentuk amal sosial untuk membantu mereka yang membutuhkan. Kita juga harus membangun kesadaran kolektif terus menerus untuk bahu-membahu membantu masyarakat, termasuk nonmuslim yang membutuhkan, agar kemiskinan bisa dikikis.

Kita berharap, amal sosial umat Islam selama Ramadan agar merata, bisa terus dilanjutkan hingga berakhirnya puasa. Jadi, amal sosial Ramadan harus menjadi awal untuk keberlanjutan membantu mengentaskan kemiskinan. Begitu pula implikasi positif selama puasa, yakni menahan diri dari berbagai perbuatan atau nafsu buruk, harus terus dilanjutkan setelah puasa. Beragam nafsu manusia yang buruk, baik memperkaya diri sendiri dengan cara korupsi maupun berbagai tindakan tak terpuji, di bulan suci ini harus dihentikan secara total.

Dalam rangka bulan suci Ramadan ini, semoga seluruh masyarakat yang saat ini tengah dikagetkan oleh terorisme, membantu negara mengatasi berbagai bentuk terorisme, beragam pola dan korupsi. Yang tak kalah penting menghentikan ujaran kebencian dan berita bohong.

Komentar

Komentar
()

Top