Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Raja Charles Kunjungi Kenya, Seruan Permintaan Maaf Meluas

Foto : Daily Mail

Pangeran Charles bersama anggota militer Kenya dan pemandu lokal saat ambil bagian dalam safari empat hari ke Ngare Valley di Kenya pada Februari 1971.

A   A   A   Pengaturan Font

NAIROBI - Raja Charles III memulai kunjungan kenegaraan ke Kenya pada Selasa (31/10). Ia akan dihadapkan pada seruan meminta maaf atas kolonialisme Inggris di masa lalu.

Meskipun perjalanan empat hari Raja Charles dan Ratu Camilla dianggap sebagai kesempatan untuk menatap masa depan dan membangun hubungan kuat antara London dan Nairobi, warisan pemerintahan kolonial Inggris selama beberapa dekade masih terlihat jelas.

Kunjungan ini merupakan yang pertama bagi raja Inggris berusia 74 tahun ke negara Afrika dan persemakmuran sejak naik takhta pada September tahun lalu setelah mangkatnya Ratu Elizabeth II.

Komisi Tinggi Inggris mengatakan, kunjungan setelah Jerman dan Prancis pada awal tahun ini, akan "menyoroti kemitraan yang kuat dan dinamis antara Inggris dan Kenya".

Namun mereka juga akan "mengakui aspek-aspek yang lebih menyakitkan" dari hubungan historis Inggris dengan Kenya ketika negara Afrika Timur itu bersiap merayakan 60 tahun kemerdekaannya pada Desember mendatang.

Termasuk peringatan masa "Darurat" pada 1952-60, ketika pemerintah kolonial memberlakukan keadaan darurat sebagai respons atas pemberontakan gerilya Mau Mau, salah satu peristiwa pemberontakan paling berdarah terhadap pemerintahan Inggris.

Setidaknya 10.000 orang -- sebagian besar dari suku Kikuyu -- terbunuh, meskipun beberapa sejarawan dan kelompok hak asasi manusia mengklaim angka sebenarnya lebih tinggi.

Puluhan ribu orang lainnya ditangkap dan ditahan tanpa diadili di kamp-kamp. Laporan mengenai eksekusi, penyiksaan dan pemukulan kejam sering terjadi di sana.

Kunjungan kerajaan ini juga terjadi ketika tekanan meningkat di beberapa negara Persemakmuran Karibia untuk tidak lagi menjadikan raja Inggris sebagai kepala negara, dan ketika suara-suara republik di Inggris semakin keras.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : CNA

Komentar

Komentar
()

Top