Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Dampak Krisis Dunia

Rabobank: Harga Pangan Global 2023 Akan Turun saat Resesi Membayangi

Foto : ISTIMEWA

Logo Rabobank di gedung kantor pusat di Utrecht

A   A   A   Pengaturan Font

LONDON - Harga komoditas pertanian global seperti kopi, biji-bijian untuk pangan dan biji-bijian untuk minyak bisa turun tahun depan karena banyak ekonom utama memasuki resesi, tetapi mereka akan tetap tinggi dalam sejarah, Rabobank mengatakan dalam sebuah laporan pada Rabu (16/11).

Bank mengatakan konsumen menghadapi gambaran ekonomi makro yang semakin gelap, dengan kekurangan energi, bahaya geopolitik, dan kekurangan berkelanjutan dari beberapa komoditas utama seperti gandum yang menjadi pertanda buruk bagi ketahanan pangan global.

Seperti dikutip dari Antara, gandum tetap sangat terpengaruh oleh perang Russia-Ukraina dan bank memperkirakan defisit enam juta ton tahun depan, juga karena prospek cuaca yang tidak pasti di Uni Eropa, AS, dan Argentina.

Di tempat lain, Rabobank memperkirakan permintaan kopi tumbuh jauh di bawah tingkat rata-rata sebesar 1,5 persen, dengan cuaca yang bersahabat meninggalkan pasar dalam surplus empat juta kantong. Bank memperkirakan harga gula yang relatif rendah sebagian besar berkat cuaca yang ramah.

"Harga pertanian mungkin turun, itu bukan karena produksi akan meningkat secara signifikan, tetapi karena permintaan akan sangat lemah," kata Carlos Mera, kepala riset pasar komoditas pertanian bank.

Biaya Energi Naik

Dengan melonjaknya biaya energi, tenaga kerja, dan lainnya, harga komoditas pertanian sekitar 50 persen lebih tinggi dari masa prapandemi, bank mencatat.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan dunia saat ini tengah mengalami tantangan luar biasa. Krisis demi krisis terjadi. Dampak berbagai krisis tersebut terhadap ketahanan pangan, energi, dan keuangan sangat dirasakan dunia terutama negara berkembang.

Presiden Jokowi dalam pidato pembukaan KTT G20 Sesi I di Bali yang membahas kondisi ekonomi global, ketahanan pangan, dan energi ini memberi contoh nyata soal pupuk.

Kepala Negara menekankan agar persoalan pupuk ini tidak disepelekan. Sebab, jika tidak segera diambil langkah konkret agar persediaan pupuk tercukupi dan harga terjangkau, tahun 2023 akan menjadi tahun yang lebih suram.

Krisis dapat semakin memburuk menjadi krisis pasokan pangan karena kelangkaan dan mahalnya harga pupuk dapat meningkatkan harga pangan di berbagai belahan dunia. "Bagi 48 negara berkembang dengan tingkat kerawanan tertinggi, akan menjadi kondisi yang sangat serius," terang Jokowi.

Presiden Jokowi menyampaikan mata seluruh dunia tertuju pada Forum G20. Dia menegaskan KTT G20 harus berhasil dilaksanakan dan tidak boleh mengalami kegagalan guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dunia.

"Namun, keberhasilan hanya dapat tercapai apabila kita semua tanpa terkecuali berkomitmen bekerja keras menyisihkan perbedaan-perbedaan untuk menghadirkan sesuatu yang konkret yang bermanfaat bagi dunia," jelasnya.

Penelitian terbaru Zurich bersama World Economic Forum, yakni Executive Opinion Survey melaporkan para pemimpin bisnis di Indonesia masih mengidentifikasi krisis utang sebagai ancaman utama yang dirasakan sepanjang 2022, serupa dengan hasil survei pada 2021 lalu.

Sebagaimana keterangan resmi Zurich di Jakarta, Rabu, hasil survei menyebutkan konflik antarnegara dan kontestasi geopolitik sumber daya strategis (risiko terkait geopolitik), dan ketimpangan layanan digital (risiko teknologi) masuk ke dalam lima risiko terbesar bagi para pemimpin bisnis di Indonesia. Bahkan, konflik antarnegara dan inflasi yang cepat berada di peringkat kedua dalam daftar.

Ketimpangan Digital

Chief Risk Officer Zurich Indonesia, Wayan Pariama, mengatakan hasil survei tahun ini cukup berbeda dibandingkan dengan tahun lalu, khususnya di bidang ketimpangan digital, yang mana pada survei tahun lalu kategori digital tidak muncul sebagai kategori teratas.

Menurut dia, tidak mengejutkan apabila ketimpangan digital muncul pada tahun ini, karena Indonesia sedang berada pada tahap percepatan pembangunan infrastruktur digital untuk menawarkan layanan digital yang merata dan mendukung transformasi digital.

Dengan demikian, korelasi antara ekonomi, geopolitik, dan teknologi mendominasi risiko di antara para pemimpin bisnis di Indonesia, di saat mereka berupaya mengatasi kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi, serta mengintensifkan hubungan antarnegara dan transformasi digital yang cepat di seluruh sektor bisnis.

Selanjutnya, penelitian ini juga menyimpulkan dampak inflasi yang cepat, krisis utang, dan krisis biaya hidup merupakan ancaman terbesar untuk melakukan bisnis di negara-negara anggota G20 pada dua tahun ke depan.

"Zurich selalu berusaha untuk memainkan peran besar untuk melindungi masyarakat dan bisnis dari risiko dan meningkatkan ketahanan mereka. Wawasan membantu kami dalam membangun proposisi yang lebih baik dan melindungi masyarakat Indonesia dan bisnis mereka lebih baik di masa depan," kata Wayan.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top