Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik di Ukraina I Masyarakat Kanada Galang Dana untuk Beli "Drone"

Putin: Russia Tak Akan Menyerah pada Sanksi Barat

Foto : AFP/Oleksandr GIMANOV

Tidak Menyerah I Petugas penye­lamat Ukrainian ­berupaya mencari korban usai terjadi serangan misil Russia di sebuah desa di wilayah Odessa, Ukraina, pada Selasa (19/7). Presiden Russia menyatakan negaranya tak akan menyerah terhadap sanksi Barat terkait serbuan ke Ukraina.

A   A   A   Pengaturan Font

MOSKWA - Di tengah sanksi terhadap Moskwa, Russia tidak akan menyerah pada perkembangan saat ini dan tidak akan kembali ke dekade yang lalu seperti yang telah diprediksi. Hal itu dikatakan Presiden Russia, Vladimir Putin, saat memimpin pertemuan Dewan Pengembangan Strategis dan Proyek Nasional melalui konferensi video, pada Senin (18/7).

"Saya berjanji untuk mengatasi masalah kolosal yang disebabkan oleh sanksi Barat," ucap Presiden Putin.

Presiden Russia itu pun menggarisbawahi bahwa Russia saat ini menghadapi penutupan akses yang hampir lengkap terhadap produk teknologi tinggi asing, dan Putin mengatakan bahwa dia juga akan mengatasi masalah itu.

Putin mencatat bahwa pembatasan dilakukan dengan sengaja dan kesadaran penuh. Dia juga menekankan bahwa teknologi tersebut adalah dasar bagi perkembangan progresif negara manapun di dunia modern.

"Di sinilah tepatnya mereka mencoba membuat hambatan bagi kami untuk menahan perkembangan Russia," tegas dia.

Sementara itu, Amerika Serikat (AS) dilaporkan akan terus memberikan informasi intelijen kepada Ukraina setelah terjadi perombakan personel di lingkaran terdekat Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menurut Kementerian Luar Negeri AS pada Senin.

Zelenskyy memecat teman masa kecilnya dari posisi kepala dinas keamanan Ukraina serta seorang sekutu dekatnya yang lain dari jabatan jaksa agung dalam perombakan pejabat Kyiv di tengah perang, dengan alasan kegagalan keduanya membasmi mata-mata Russia.

Zelenskyy mengakui bahwa kedua sekutunya, Kepala Dinas Keamanan SBU, Ivan Bakanov, dan Jaksa Agung Iryna Venediktova, telah gagal mengidentifikasi "pengkhianat" dalam organisasi mereka.

"Kami terus berkomunikasi dengan mitra Ukraina kami setiap hari. Kami tidak berinvestasi pada perorangan, melainkan institusi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price. "Kami memang berbagi data intelijen dengan rekan-rekan Ukraina kami. Kami akan tetap melakukan hal tersebut," imbuh dia.

Lebih dari 60 pejabat dalam badan keamanan SBU yang dipimpin Bakanov dan kantor Kejaksaan Agung Ukraina berkhianat di wilayah yang diduduki Russia, dan 651 kasus pengkhianatan dan kolaborasi pun telah dibuka terhadap para pejabat penegak hukum, kata Zelenskyy sebelumnya.

Sebelum invasi terjadi, Zelenskyy, yang dipuji di panggung dunia sebagai pemimpin perang yang tegas, namun ia dikritik dengan tuduhan menunjuk teman-temannya serta pihak luar lainnya untuk menduduki jabatan yang tidak mereka kuasai.

Bakanov, teman Zelenskyy sejak kecil di selatan Ukraina, telah membantu bisnis media Zelenskyy selama karier televisinya. Ia kemudian memimpin kampanye yang berujung pada kemenangan telak Zelenskyy dalam pemilihan presiden. Sementara Venediktova, seorang ahli hukum yang kemudian menjadi penasihat Zelenskyy dalam bidang reformasi peradilan sejak ia terjun ke dunia politik.

Penggalangan Dana

Sementara itu, di Kanada dilaporkan bahwa warga setempat telah melakukan kampanye penggalangan dana yang bertujuan untuk membeli drone tempur Bayraktar TB2 buatan Turki, untuk Ukraina.

Kampanye yang diberi nama Canadian Bayraktar Crowdfund dan diselenggarakan oleh organisasi nirlaba UhelpUkraine itu, berencana untuk mencapai target pada Hari Kemerdekaan Ukraina pada 24 Agustus.

Lithuania, Polandia, dan Ukraina melakukan kampanye serupa untuk membeli drone TB2, dan Norwegia juga telah meluncurkan penggalangan dana. AFP/VoA/Anadolu/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top