PUPR: Pola Hunian Disiapkan untuk Hadapi Bonus Demografi
Presiden Jokowi saat meresmikan hunian milenial di kawasan Depok. Jokowi mengapresiasi keberadaan hunian yang mengusung konsep Transit Oriented Development (TOD).
Foto: ANTARA/Dhemas ReviyantoSEMARANG - Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur dan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)Herry Trisaputra Zuna mengatakan pola penyediaan hunian akan disiapkan menghadapi bonus demografi pada 2045.
"Kami fokus, seperti yang disampaikan, mereka (generasi mendatang) pola kerjanya berbeda sehingga harus disiapkan," katanya seusai talkshow dan pembukaan pameran rumah subsidi "Jateng Tapera Expo 2023" di Semarang, Jumat (11/8), malam.
Bonus demografi merupakan suatu keadaan dengan terjadinya peningkatan penduduk sebuah negara pada usia produktif yaitu berkisar antara 16 hingga 65 tahun yang diperkirakan dialami Indonesia pada 2045.
Herry menjelaskan bahwa pemerintah harus bisa menyediakan hunian dengan fasilitas yang bisa menjawab permasalahan yang dihadapi generasi muda di masa mendatang, termasuk fasilitas pembayaran perumahan.
"Untuk mereka ya harus disediakan fasilitas yang bisa menjawab permasalahannya. Pertama, mereka kerjanya tidak punya kontrak, tidak ada slip gaji, sehingga harus dibuatkan konsep KPR (kredit pemilikan rumah) yang 'rent to own'," katanya.
Dengan konsep KPR "rent to own" atau sewa beli, kata dia, memudahkan semua orang untuk memiliki rumah karena semuanya dapat akses untuk skema pembayaran tersebut.
"Kayak 'leasing' motor. Motor aja bisa masak rumah enggak? Jadi, orang akan tinggal, selama tinggal dia akan menyewa. Nyewa kan enggak perlu bank 'checking'. Semua dapat akses ke sana," katanya.
Kemudian, kata dia, generasi mendatang tentu lebih senang tinggal di rumah di kawasan perkotaan menyesuaikan kebutuhan kerja yang solusinya adalah dengan tipe hunian vertikal.
"Tentu mereka lebih senang tinggal di kota ya, rumah vertikal. 'Transit oriented development' sehingga keluar rumah langsung ke stasiun, ke tempat kerja. Jadi, enggak habis waktunya dan lebih produktif," pungkasnya.
Sementara itu, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Jateng Sujarwanto Dwiatmoko mengakui bahwa potret kebutuhan rumah ke depan akan bergeser seiring pola kerja generasi milenial dan di bawahnya.
"Jadi, dia (generasi mendatang) tidak butuh rumah besar, tapi punya rumah yang sambungan ke sistem IT-nya (teknologi informasi) canggih. Yang dia butuhkan, mobilitas sistem.
Potret kebutuhan rumah akan bergeser. Di beberapa negara maju, mereka enggak butuh beli rumah. Mereka bisa sewa tapi mobilitas harus lancar," katanya.
Untuk Jateng, Sujarwanto mengatakan sudah mulai mempersiapkannya dengan pembangunan perumahan-perumahan vertikal, seperti apartemen di kawasan perkotaan.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Arsenal Berambisi Lanjutkan Tren Kemenangan di Boxing Day
- 2 Presiden Prabowo: Koruptor Tak Rela Pemerintah Perbaiki Sistem
- 3 Gerak Cepat, Pemkot Surabaya Gunakan Truk Tangki Sedot Banjir
- 4 Putin Sebut Pertahanan Rusia Tangkal Serangan Drone Ukraina Selama Pendaratan AZAL
- 5 Untung Bisa Ketahuan, Polres Probolinggo Temukan Dua Sopir Jeep Bromo Positif Narkoba
Berita Terkini
- Healing, Lebih Hampir 60 Ribu Orang Lakukan Perjalanan Kereta Api di Wilayah Daop 8 Surabaya
- Masing- masing Punya Potensi, Sinergi RI-Jepang Dapat Dorong Inovasi Atasi Perubahan Iklim
- Kabar Baik bagi Petani Indonesia, Pemerintah Janji Tak Ada Impor Beras Tahun Depan
- Di Tengah Daya Beli Melemah, Transaksi Harbolnas 2024 Justru Meningkat dari Tahun Lalu
- Diimbau untuk Waspada, Banjir Rob Bakal Landa Sebagian Besar Wilayah Pesisir Indonesia Sepekan ke Depan