![PTN Belum Lakukan Perubahan](https://koran-jakarta.com/images/article/phpkgsz9j_resized.jpg)
PTN Belum Lakukan Perubahan
![PTN Belum Lakukan Perubahan](https://koran-jakarta.com/images/article/phpkgsz9j_resized.jpg)
Mohamad Nasir, Menristekdikti
Dalam kesempatan berbeda, Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemristekdikti, Ali Ghufron Mukti, menyatakan mendukung percepatan penerapan pengobatan presisi atau precision medicine di Indonesia seiring perkembangan teknologi memasuki era Revolusi Industri 4.0.
"Kebutuhan 'precision medicine' semakin nyata karena bisa mendeteksi karakteristik penyakit masing-masing individu," kata Ali Ghufron dalam Workshop Bimbingan Teknis Dosen bidang Kesehatan dengan tema Penanganan Kanker Berbasis Precision Medicine, di Yogyakarta.
Menurut Ghufron, di negara-negara tetangga seperti Singapura sangat memperhatikan dan telah menerapkan sistem pengobatan presisi. Dengan diagnosis dan pola pengobatan seperti itu bisa lebih tepat sasaran karena karakteristik penyakit pesien tidak bisa disamakan satu dengan lainnya.
"Di Singapura sudah mulai ke 'precision medicine', cuma karena memang penduduknya di sana sedikit dan sumber dayanya banyak. Sedangkan di Indonesia jumlah penduduknya besar sehingga kita harus memikirkan," kata dia.
Sebagai konsekuensi memasuki era Revolusi Industri 4.0, menurut dia, dengan teknologi terbaru produksi obat-obatan bisa berbeda-beda menyesuaikan denan kebutuhan presisi masing-masing pasien.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya