Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Art Therapy

Psikoterapi untuk Atasi Trauma Anak Pasca Bencana

Foto : koran jakarta/ imantoko
A   A   A   Pengaturan Font

Umumnya untuk mendiagnosa anak mengalami trauma atau tidak, khususnya pada situasi bencana, ialah sering menangis dan tidak ingin lepas dari orang tuanya. Kemudian bisa juga rasa trauma itu menganggu pola tidur anak seperti tidak tenang. "Karakteristik rasa trauma pada anak laki-laki dan perempuan juga punya ciri masing-masing, kalau anak laki-laki itu cendrung agresif, sedangkan perempuan lebih ke murung, berdiam diri dan lain-lain," ujar Vera. ima/R-1

Meminimalisasi Kegentingan Situasi

Porsi besar untuk mengatasi trauma anak ada pada orang tua. Anak yang mengalami trauma harus diperhatikan secara khusus agar trauma yang ia rasakan tidak berkelanjutan. Pasalnya, trauma pada anak dapat mengganggu perkembangannya, yang kemudian bisa terbawa sampai ia dewasa. Dan tak hanya bencana alam, trauma pada anak bisa didapatkan dalam bentuk trauma fisik dan psikologis lain, seperti kekerasan fisik, kekerasan seksual, bahkan terorisme.

Ketika mengalami bencana, yang perlu dilakukan orang tua, harus bersikap tenang, kalau pun mengalami trauma harus segera di atasi. Ini penting dilakukan untuk menjaga anak-anaknya, atau setidaknya meminimalisir kegentingan situasi yang ada.

"Orang dewasa itu lebih memiliki kendali diri yang lebih matang. Dan salah satu cara terampuh juga bagi orang tua saat berhadapan dengan situasi bencana, meminta bantuan kepada relawan, minta pendapat atau arahan apabila Anda mendapatkan kesulitan," tutur Vera.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top