Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pengembangan Pertanian

Protein Nabati Bermanfaat untuk Memperkuat Ketahanan Pangan

Foto : ISTIMEWA

Steve Howard

A   A   A   Pengaturan Font

SINGAPURA - Pergeseran menuju protein nabati dapat bermanfaat bagi ketahanan pangan. Sekitar 18 persen kalori berasal dari peternakan, namun 80 persen lahan pertanian digunakan untuk hewan ternak. Di beberapa pasar, 80 persen biji-bijian diumpankan ke ternak.

"Lebih banyak protein nabati, lebih banyak protein alternatif yang benar-benar dapat membangun ketahanan pangan," kata Kepala Pejabat Keberlanjutan Temasek Holdings Singapura, Steve Howard, kepada "Squawk Box Asia" CNBC, baru-baru ini.
Howard mengatakan gelombang panas yang ekstrem mempengaruhi produksi pangan di India dan memperkirakan negara penghasil biji-bijian itu hanya akan mampu menopang dunia selama sekitar 73 hari.

"Hanya beberapa bulan ketahanan pangan untuk seluruh dunia," ujarnya, mencatat masyarakat dengan pendapatan rendah sangat rentan terhadap kenaikan harga pangan.

"Kita harus benar-benar fokus pada diversifikasi. Menggunakan teknologi modern di bidang pertanian juga akan baik untuk ketahanan pangan," katanya.

Investasi Hijau

Secara terpisah, Howard mengatakan dana masih akan diinvestasikan dalam teknologi hijau meskipun ada kekhawatiran resesi. "Anda mencari di mana pencipta nilai jangka panjang dalam resesi, bukan? Orang-orang masih mencari untuk menyebarkan modal di lingkungan itu," tuturnya.

Dia mengatakan dorongannya kuat karena "lingkaran baik" dari teknologi baru yang berkinerja baik dan menjadi lebih terjangkau, mengutip kendaraan listrik, protein alternatif, dan energi matahari.

"Energi surya bergerak pada kecepatan ekspansi yang luar biasa, dan hal yang sama bisa terjadi untuk penyimpanan energi dan sumber terbarukan lainnya," ungkapnya.

Sementara itu, lanjut Horward, lingkungan kebijakan kuat dan ada permintaan pelanggan untuk alternatif ramah lingkungan. "Jika Anda pergi tiga, empat tahun lalu, sebagian besar pasar modal tertidur di roda iklim, tidak benar-benar melakukan sesuatu yang berarti. Sekarang, pasar modal sedang antre," katanya.

Menurut Howard, perusahaan dan pemerintah telah menggandakan target keberlanjutan dan iklim. "Ekor angin berubah menjadi badai," katanya.

Seperti dikutip dari Antara, Kepala Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan diversifikasi ke pangan lokal menjadi solusi agar Indonesia terhindar dari krisis pangan global. "Solusinya kita mesti genjot pangan lokal," kata Dedi dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Sabtu.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top