Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Gempa Bumi I BMKG Ingatkan Potensi Gempa Susulan

Presiden: Lakukan Tanggap Darurat di Majene-Mamuju

Foto : ANTARA/AKBAR TADO

GEMPA DI MAMUJU, 42 MENINGGAL I Petugas mengevakuasi korban yang terjepit bangunan di rumah sakit Mitra Manakarra yang runtuh akibat gempa bumi berkekuatan 6,2 SR di Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (15/1). Sebanyak 5 orang dievakuasi dua diantaranya selamat dan tiga orang meninggal dunia di rumah sakit tersebut dan pencarian sementara masih berlanjut. Jumlah korban meninggal sedikitnya 42 jiwa.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Presiden Joko Widodo memerintahkan kementerian, lembaga, serta aparat keamanan terkait segera melakukan langkah tanggap darurat untuk mengatasi dampak gempa yang mengguncang Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.

"Dan saya telah juga memerintahkan kepada Kepala BNPB, kepada Menteri Sosial, kepada Kepala Basarnas, Panglima TNI dan Kapolri, serta jajarannya untuk segera melakukan langkah-langkah tanggap darurat mencari dan menemukan korban serta melakukan perawatan terhadap korban luka-luka," ujar Jokowi dalam keterangan pers yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (15/1).

Sebelumnya, gempa magnitudo 6,2 terjadi di wilayah Sulawesi Barat, Jumat dini hari. Gempa tersebut merobohkan banyak bangunan, termasuk Kantor Gubernur Sulbar. Gempa berpusat enam kilometer timur laut Kabupaten Majene 2.98 LS-118.94 BT pada kedalaman 10 kilometer.

Jokowi pun menyampaikan dukacitanya terhadap keluarga korban yang meninggal dunia akibat musibah ini. "Saya atas nama pemerintah dan masyarakat Indonesia menyampaikan dukacita yang mendalam atas korban yang meninggal dunia," tutur Jokowi.

Bakal Bertambah

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Barat (Sulbar) memperbarui data korban meninggal dunia akibat gempa magnitudo (M) 6,2 di Majene dan Mamuju. Hingga kini total korban meninggal dunia menjadi 42 orang.

"Korban jiwa hingga saat ini untuk seluruh Sulawesi Barat (Sulbar) itu dari wilayah Majene dan Mamuju 42 meninggal dunia," ujar Kepala BPBD Sulbar, Darno Majid.

Darno mengatakan korban jiwa saat ini terdata masih dari wilayah Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene.

Menurut Darno, tim gabungan dari Basarnas, BPBD, sampai TNI-Polri hingga saat ini masih terus mengevakuasi korban yang terjebak di reruntuhan bangunan.

"Nanti akan saya update lagi perkembangan terbarunya," tuturnya.

Sementara itu, data terakhir dari BNPB menyebutkan, sekitar 637 orang mengalami luka-luka dan sekitar 15 ribu orang mengungsi akibat gempa di Majene.

"Sepuluh titik pengungsian Desa Kota Tinggi, Desa Lombong, Desa Kayu Angin, Desa Petabean, Desa Deking, Desa Mekata, Desa Kabiraan, Desa Lakkading, Desa Lembang, Desa Limbua di Kecamatan Ulumanda dan Kecamatan Malunda, dan Kecamatan Sendana," tulis laporan BNPB.

Sejumlah infrastruktur di Majene juga rusak akibat gempa seperti longsor di tiga titik sepanjang jalan poros Majene-Mamuju yang membuat akses jalan terputus.

"(Ada) 300 unit rumah rusak, satu unit puskesmas (RB/rusak berat), satu kantor Danramil Malunda (RB), jaringan listrik padam, komunikasi selular tidak stabil," tulis BNPB.

Sementara itu, kerusakan infrastruktur cukup parah juga terjadi di Mamuju yang menjadi ibu kota Sulawesi Barat.

"Hotel Maleo (rusak berat), Kantor Gubernur Sulbar (rusak berat), rumah warga rusak (pendataan), RSUD Mamuju (rusak berat), satu unit minimarket (rusak berat), jaringan listrik padam, komunikasi selular terputus-putus/tidak stabil," tulis BNPB.

Gempa Susulan

Baca Juga :
PENYALURAN BLT BBM

Di tempat terpisah, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengingatkan adanya potensi gempa susulan yang berakibat tsunami di Majene, Sulawesi Barat.

"Masih ada potensi gempa susulan berikutnya yang masih kuat bisa mencapai kekuatan yang seperti sudah terjadi, 6,2 atau sedikit lebih tinggi lagi," kata Dwikorita.

Dwikorita menuturkan, tsunami dapat terjadi karena ada kemungkinan longsor bawah laut. Longsor diakibatkan karena kondisi batuan yang sudah digoncang gempa sebanyak 28 kali. "Memungkinkan terjadinya longsor ke dalam laut atau longsor bawah laut, sehingga berpotensi terjadi tsunami apabila ada gempa susulan berikutnya dengan pusat gempa masih di pantai atau bahkan di pinggir laut," tutur dia.

Oleh karena itu, Dwikorita mengimbau agar masyarakat tidak mendekat ke bangunan yang rentan roboh dan menjauhi daerah pantai. Ia mengingatkan agar masyarakat di daerah pantai segera bergegas menjauh dan pergi ke tempat yang lebih tinggi, apabila terjadi goncangan atau gempa susulan. n jon/Ant/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Yohanes Abimanyu, Antara

Komentar

Komentar
()

Top