Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Rakornas Ponpes

Presiden: Informasi di Medsos Itu Sangat Kejam

Foto : ANTARA/Adeng Bustomi
A   A   A   Pengaturan Font

GARUT - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh elemen masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap informasi yang beredar di media sosial (medsos). Informasi di media sosial itu sangat kejam sekali.


"Ini yang harus kita waspadai. Media sosial kalau tidak bisa kita 'screening' akan mempengaruhi anak-anak kita," kata Presiden Jokowi dalam sambutannya saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Pondok Pesantren Muhammadiyah di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Arqam Muhammadiyah, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Selasa (17/10).


Turut hadir mendampingi Presiden, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.


Presiden menuturkan salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan membangun karakter dan menanamkan nilai agama sejak dini pada anak-anak. Presiden yakin cara tersebut akan dapat membentengi perilaku, budaya, dan budi pekerti generasi penerus Indonesia di masa mendatang.


"Ini bukan sesuatu yang gampang untuk diselesaikan," tutur Presiden.Dalam kesempatan itu, Presiden tidak lupa menceritakan pengalamannya difitnah melalui media sosial. Tetapi, penyebaran kabar bohong dan fitnah melalui media sosial itu tidak hanya terjadi di Indonesia.

Di negara lain pun, seorang kepala negara menyebutkan bahwa media "mainstream" dapat dikuasai, namun media sosial tidak dapat dikendalikan. "Televisi dan koran bisa kita kuasai, tapi media sosial tidak bisa," ujar Presiden.


Seorang kepala negara asing juga pernah bertanya kepada Presiden Jokowi tentang aktivitas media sosial di Indonesia. Dengan tegas, Jokowi mengatakan media sosial di Indonesia itu sangat kejam.

Jokowi menyebut medsos kejam bukan tanpa alasan. Ia mengaku, di media sosial ada foto rekayasa dirinya bersama pentolan Partai Komunis Indonesia (PKI), DN Aidit, yang tengah berpidato pada tahun 1955. Padahal, saat itu Jokowi sendiri belum lahir.


"Tahun 1965 saat PKI dibubarkan saja, saya masih bsalita, masa ada balita PKI," katanya disambut tawa peserta Rakornas.


Oleh karena itu, Presiden mengingatkan agar pondok pesantren ikut serta bersama pemerintah memberikan pendidikan dan pemahaman dalam berperilaku positif di media sosial. fdl/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Muhamad Umar Fadloli

Komentar

Komentar
()

Top