Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pengelolaan SDA I Sumber Energi Baru Terbarukan Belum Dikembangkan secara Masif

Potensi Energi Terbarukan Harus Dikelola secara Optimal

Foto : Sumber:Kemen ESDM - KORAN JAKARTA/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indonesia dengan kekayaan sumber daya alam (SDA) berupa sinar matahari, angin, dan air yang melimpah dinilai berpotensi menjadi negara adidaya energi hijau, yaitu energi yang dihasilkan secara berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Cluster President Schneider Electric Indonesia dan Timor Leste, Martin Setiawan, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (29/6), mengatakan potensi tersebut bisa terealisasi jika pengelolaan SDA itu dilakukan dengan tepat dengan prinsip yang berkelanjutan.

Ketua Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Brawijaya, Malang, Adi Susilo, mengatakan dengan kemauan politik dan pengelolaan yang benar, Indonesia bisa menjadi negara adidaya energi baru terbarukan (EBT).

"Potensi energi terbarukan kita sangat lengkap, mulai dari geotermal, gelombang laut, air terjun, angin, dan tentu energi surya. Totalnya bisa mencapai sekitar 3 ribu gigawatt (GW), apalagi setiap wilayah punya potensinya masing-masing," kata Adi.

Kalau investasi clean energy dipermudah, Indonesia tidak perlu khawatir dengan krisis energi di masa depan. Tinggal keseriusan dan political will pemerintah yang dibutuhkan. Selebihnya dengan pengelolaan yang benar maka akan bisa mewujudkan kemandirian energi.

"Kalau tetap mengandalkan energi fosil, selain merusak lingkungan dan kesehatan, harus menghabiskan banyak devisa karena impor bahan bakar minyak (BBM)," tuturnya.

Secara terpisah, peneliti Sustainability Learning Center (SLC), Hafidz Arfandi, mengatakan Indonesia bisa menjadi negara adi daya energi hijau karena memiliki sumber energi bersih yang melimpah.

Sebab itu, penting memastikan potensi energi terbarukan dimanfaatkan secara optimal dengan mengupayakan untuk mengubah proses bisnis ketenagalistrikan nasional, yang mana produksi komunal dan skala kecil memungkinkan untuk proses ekspor impor antarpengguna, atau yang disebut smart grid.

"Tanpa konsep ini maka membutuhkan power storage yang berbiaya tinggi atau hasil produksi EBT bisa terbuang percuma," kata Hafidz.

Di sisi lain, PLN tak perlu resah, sebab ke depan peluang bisnis EBT justru memungkinkannya untuk lebih efisien melayani pangsa captive serta menjadi backbond penyangga yang tetap mendapatkan biaya stand by power producer atau produksi listrik yang disiagakan.

Lebih lanjut, Hafidz secara khusus menyoroti minimnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan teknologi. Ini dua persoalan mendasar mengapa sumber EBT ini belum terlalu masif dikembangkan.

"Indonesia belum mengembangkan secara serius sumber daya manusia (SDM) maupun teknologi untuk dapat memanen energi bersih secara optimal," katanya.

Dia mengatakan kalau sumber-sumber energi, seperti air, angin, surya, dan gelombang laut sangat potensial dimanfaatkan, tetapi memiliki tantangan intermitensi (ketidakteraturan) yang tinggi sehingga perlu adaptasi bagi konsumennya.

Pensiun Dini PLTU

Sebelumnya, pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Fahmi Radhi, mengatakan untuk segera menjadi pemimpin transisi energi atau bahkan menjadi negara energi hijau, Indonesia perlu mempercepat upaya-upaya teknis. Salah satunya dengan menyelesaikan paket pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon dengan kapasitas 660 MW.

"Praktik-praktik transisi atau inisiatif energi terbarukan, investasi nyata, kita perlu perbanyak itu," katanya saat dihubungi baru-baru ini.

Investor, menurut Fahmi, perlu contoh-contoh sukses transisi energi di Indonesia. Sebab, masalah utama di Indonesia sering kali adalah hambatan-hambatan perizinan dan masalah teknis di lapangan.

Dengan adanya kesepakatan bersama Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) untuk memensiunkan dini PLTU Cirebon, maka langkah itu menjadi sinyal positif bagi investor untuk menanamkan modalnya di industri energi terbarukan di Indonesia.

Dengan keberhasilan pensiun dini PLTU Cirebon kelak dan beralih ke EBT, maka hal itu bisa menjadi contoh nyata yang mengakselerasi transisi.

"Investor butuh kisah sukses bagaimana pemerintah, PLN, dan juga pihak lain, seperti ADB, sukses menjalankan transisi energi. Contoh sukses ini lebih dari sekadar pidato," tandas Fahmi.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top