Porsi Kredit Bank ke UMKM Idealnya 60 Persen
PERBESAR PORSI PENYALURAN KREDIT KE UMKM I Pekerja menyelesaikan kerajinan kayu di Desa Pagerwojo, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kerajinan kayu dan furnitur tersebut 99 persen dipasarkan ke Eropa, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Seharusnya perbankan memperbesar porsi penyaluran kreditnya ke sektor UMKM, yang terbukti tangguh dalah menghadapi krisis ekonomi.
Ketua Umum Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS) Center, Hardjuno Wiwoho, mengatakan ekonomi dunia saat ini menghadapi tekanan dengan inflasi tinggi yang memaksa the Fed terus menaikkan suku bunganya. Hal yang menjadi pertanyaan bersama bagaimana dengan perbankan Indonesia jika the Fed terus agresif menaikkan suku bunganya.
"Sementara kita ini tampaknya suku bunga rendah padahal yang menikmati konglomerat karena UMKM, rakyat kecil kan tidak menikmatinya? Kalau kita telat mengantisipasi langkah the Fed nanti sudah terlambat," papar Hardjuno.
Sementara itu, Direktur Celios, Bhima Yudisthira, mengatakan pokok masalahnya adalah bank melihat UMKM jauh lebih berisiko dibanding segmen korporasi. Padahal kenyataannya, justru UMKM lah yang menjadi penyelamat setiap ada hantaman krisis ekonomi.
Akibat cara pandang yang salah itu, bank terjebak pada dua pilihan, parkir dana di surat utang dengan bunga 6-7 persen dengan risiko rendah atau menyalurkan kredit korporasi.
"Pola ini harus diubah lewat regulasi, misalnya dengan mengembalikan aturan porsi kredit minimum UMKM bukan dengan kebijakan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) seperti yang ada sekarang. Memang kurang fair, UMKM yang porsinya besar ke PDB, dan serapan tenaga kerja 97 persen, tapi kesulitan mengembangkan usaha karena akses kredit," papar Bhima.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya