Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kemajuan Iptek

PM Tiongkok Peringatkan Tidak Ada Negara yang Bebas dari Resiko Gunakan AI

Foto : Pedro Pardo/AFP

Perdana Menteri (PM) Tiongkok, Li Qiang

A   A   A   Pengaturan Font

ISTANBUL - Perdana Menteri (PM) Tiongkok, Li Qiang memperingatkan tidak ada negara di mana pun yang bebas dari risiko dalam penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) meski itu merupakan "kekayaan bersama umat manusia".

PM Li saat berpidato di Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia 2024, di Shanghai pada Kamis (4/7) mengatakan risiko yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatan adalah tantangan bersama. Tidak ada negara yang bisa menghindari hal ini.

Seperti dikutip dari Antara, Li menyerukan kerja sama yang lebih mendalam dalam tata kelola AI dan pembentukan "mekanisme internasional dengan partisipasi universal."

Ia menekankan teknologi baru yang "aman, andal, dan terkendali", namun menyesalkan banyak negara berkembang masih tertinggal. "Kesenjangan kecerdasan ini" perlu dijembatani, kata dia, dan mengusulkan kerja sama antarnegara untuk menumbuhkan lingkungan yang "adil dan terbuka" dalam pengembangan AI.

Menurut Li, sebanyak 2,5 miliar manusia di dunia masih berada di luar jaringan, dan banyak negara berkembang "belum mendapatkan manfaat nyata dari pengembangan kecerdasan buatan."

Kekayaan Bersama

Namun, tambahnya, kecerdasan buatan adalah kekayaan bersama umat manusia. Masyarakat Tiongkok selalu percaya bahwa pembangunan sejati adalah ketika semua orang berkembang bersama-sama.

Sementara itu, Wakil Menteri Perindustrian dan Teknologi Informasi, Shan Zhongde mengatakan jumlah perusahaan AI di negara tersebut telah melampaui 4.500. Skala kekuatan komputasi Tiongkok berada di peringkat dua secara global.

Menurut laporan baru badan PBB, penemu yang berbasis di Tiongkok mengajukan paten kecerdasan buatan generatif (GenAI) berjumlah paling tinggi.

GenAI memungkinkan pengguna untuk mengembangkan beragam konten, termasuk teks, gambar, audio, dan kode perangkat lunak, yang digunakan untuk mendukung banyak produk industri dan konsumen.

Produk-produk ini termasuk chatbots seperti ChatGPT, Google Gemini, dan mesin pencari Tiongkok ERNIE Baidu, kata sebuah laporan yang dirilis oleh Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia pada Rabu.

Menawarkan "pengalaman praktis" Tiongkok dalam tata kelola AI global, Li mengatakan pengembangan AI merupakan peluang besar bagi dunia dan tantangan global yang besar. Penting bagi semua negara untuk melakukan diskusi mendalam, membangun konsensus, memanfaatkan peluang, dan mengatasi tantangan bersama-sama.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top