Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hubungan Multilateral

PM Lee: Kerja Sama Kurangi Potensi Permusuhan Negara-negara

Foto : ISTIMEWA

Lee Hsien Loong, Perdana Menteri Singapura

A   A   A   Pengaturan Font

TOKYO - Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, mengatakan negara-negara Asia harus berpikir bagaimana menjadi lebih siap jika konflik muncul. Bagaimana bekerja sama sebelum masalah terjadi, untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan dan mengurangi kemungkinan krisis.

"Kita harus memaksimalkan peluang bagi negara-negara untuk bekerja dan makmur bersama. Meminimalkan risiko ketegangan yang memburuk menjadi permusuhan," kata Lee pada Konferensi Internasional ke-27 tentang Masa Depan Asia bertema Mendefinisikan Kembali Peran Asia dalam Dunia yang Terpecah, di Tokyo, Kamis (26/5).

Lebih jauh, Lee Hsien Loong mengatakan, melakukan hal ini akan membutuhkan pendekatan ganda, mengkaji ulang strategi pertahanan sambil membangun kerja sama ekonomi yang nyata dan saling menguntungkan, untuk membentuk arsitektur regional yang terbuka dan inklusif.

Lee mengatakan Jepang memiliki peran besar untuk dimainkan dalam urusan regional, mengingat Jepang adalah investor terkemuka di Asia dan sangat menganjurkan liberalisasi perdagangan. Namun, Jepang dapat berbuat lebih banyak dalam keamanan, mengingat bahwa "sejarah Perang Pasifik telah membuat Jepang mengambil sikap rendah hati".

"Dengan berlalunya tahun dan generasi, dan dalam lingkungan strategis baru, Jepang harus mempertimbangkan bagaimana ia dapat berdamai dengan masa lalu," kata Lee.

"Ini akan memungkinkannya untuk memberikan kontribusi yang lebih besar pada kerja sama keamanan regional, dan berpartisipasi dalam membangun dan menegakkan arsitektur regional yang terbuka dan inklusif," tambahnya.

Sikap Tegas

Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, telah mengambil sikap tegas pada pertahanan, memperingatkan bahwa "Asia Timur mungkin menjadi Ukraina masa depan" dan berjanji dalam pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, minggu ini, untuk "secara radikal meningkatkan" postur pertahanan Jepang.

Di atas meja adalah peningkatan yang signifikan dalam pengeluaran pertahanan, serta pengadaan apa yang disebut kemampuan "serangan pre-emptive" yang akan memungkinkan Jepang meluncurkan serangan pertama di pangkalan musuh jika dianggap bahwa serangan sudah dekat.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top