Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Pemulihan Ekonomi

PM Lee: Inflasi Akan Menjadi Masalah yang Serius bagi Dunia

Foto : Sumber: Worldbank - KORAN JAKARTA/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

SINGAPURA - Perdana Menteri (PM) Singapura, Lee Hsien Loong, pada akhir pekan lalu, memperingatkan inflasi akan menjadi masalah yang sangat serius bagi dunia jika tidak diambil tindakan untuk mengatasinya.

"Kesulitannya sekarang adalah inflasi cukup tinggi, memerlukan tindakan yang cukup drastis untuk menurunkannya kembali dan untuk mencegah ekspektasi inflasi berakar," kata Lee menyoroti tantangan mengatasi inflasi, dalam sebuah wawancara dengan Nikkei Asia.

"Sangat sulit untuk melakukan itu dan memiliki soft landing. Ada risiko besar jika Anda melakukan apa yang perlu Anda lakukan, tetapi hasilnya memicu resesi," ujarnya.

"Itu terjadi berulang kali di tahun 60-an, 70-an, 80-an, 90-an. Nah, itulah risiko yang harus kita antisipasi dan waspadai," kata Lee.

Inflasi di banyak negara telah melonjak ke level tertinggi secara tahunan yang didorong oleh rebound aktivitas ekonomi dan gangguan rantai pasokan lebih lanjut.

Di Inggris, misalnya, angka yang dirilis pada Rabu menunjukkan bahwa harga naik pada tingkat tercepat dalam 40 tahun. Inflasi tahunan melonjak menjadi 9 persen di bulan April, naik dari 7 persen di bulan Maret.

Sementara inflasi inti Jepang mencatat lompatan terbesar mereka dalam tujuh tahun pada April lalu. Sementara inflasi inti di Singapura naik ke level tertinggi 10 tahun sebesar 2,9 persen secara tahunan karena harga makanan dan jasa yang lebih tinggi.

Lee mencatat ekonomi global telah pulih dari Covid-19 lebih cepat dari yang diharapkan, dibantu oleh langkah-langkah stimulus.

"Namun, langkah-langkah stimulus terus diterapkan dengan sangat murah hati, saya pikir karena alasan politik, bahkan ketika ekonomi sudah terlihat pulih, di AS tentu saja, dan juga di Eropa. Ini telah berkontribusi pada lonjakan inflasi bahkan sebelum Ukraina," katanya.

Perang kemudian makin memperburuk inflasi karena telah mengganggu pasokan energi dan makanan.

"Setahun yang lalu, bank sentral cukup santai tentang prospek inflasi yang terkendali. Bahkan, mereka khawatir tentang deflasi dan mereka ingin menaikkannya ke tingkat tertentu, 2 persen, dan kemudian rata-rata, dan seterusnya. Tapi, saya pikir mereka terlalu berpuas diri, bahkan saat itu. Sekarang, cukup jelas bahwa mereka harus mengubah pendirian mereka dan saya yakin mereka melakukannya," ungkap Lee.

Tidak Bergantung Utang

Guru Besar Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, Moeljadi, yang diminta pendapatnya mengatakan pernyataan PM Lee adalah peringatan agar otoritas berhati-hati dalam mengatasi inflasi, tidak terlalu bergantung dengan utang.

"Mengatasi inflasi bisa dengan mencetak uang atau berutang, tapi kalau cetak uang nilai tukar akan terus merosot. Sementara dengan menarik pinjaman membuat stok utang makin membengkak. Jadi, harus fokus pada pengendalian harga sebagai pilihan terbaik," katanya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top