Kamis, 28 Nov 2024, 14:02 WIB

PLN Bangun Pembangkit Gas Baru 22 GW Hingga 2040

Direktur Gas dan BBM PLN EPI Rakhmad Dewanto memaparkan peran penting gas dalam transisi energi pada Plenary Session Green & Clean Investment Opportunity in Indonesia, di Electricity Connect 2024, JCC, Jakarta, Kamis (21/11/2024).

Foto: ANTARA/HO-PLN EPI

JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negaramenargetkan pembangunan lebih dari 100 pembangkit listrik gas baru dengan total kapasitas 22 gigawatt (GW) di seluruh Indonesia hingga 2040. Pembangkit dari gas ini diyakini sebagai jembatan dari energi fosil ke energi baru dan terbarukan (EBT).

Direktur Gas dan BBM (bahan bakar minyak) PLN EPI, Rakhmad Dewanto mengatakan, permintaan gas PLN pada 2024 mencapai 1.333 BBTUD (Billion British Thermal Unit Per Day). Dengan rerata pertumbuhan 6,5 persen per tahun, permintaan gas diperkirakan mencapai 2.351 BBTUD pada 2033.

"Dengan pertumbuhan demand gas yang cukup tinggi, PLN mendukung investasi baru di sektor hulu gas dalam rangka menjamin pasokan gas domestik terutama di sektor kelistrikan di masa depan,” ujar Rakhmad di Jakarta, Rabu (27/11).

Dipaparkan dia, selain penambahan kontrak pasokan gas, PLN EPI terus memperkuat infrastruktur midstream gas/ LNG (Liquefied Natural Gas), terutama Onshore atau Floating Storage Regasification Unit (ORU/ FSRU) di berbagai wilayah di Indonesia. Pada tahap satu, PLN EPI saat ini sedang menyusun FEED (Front End Engineering Design) untuk kluster Sulawesi Maluku, Nusa Tenggara dan Nias.

Ke depan, LNG domestik akan menjadi andalan untuk memenuhi permintaan listrik yang terus meningkat di tengah menurunnya produksi pipa gas domestik dalam rangka mengurangi impor BBM dan mendukung pengembangan energi terbarukan.

Adapun Subholding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) terus memperkuat rantai pasok gas untuk pembangkit di tengah era transisi energi ini. Gas berperan penting sebagai energi transisi dalam mendukung pengembangan energi terbarukan dan keberlanjutan pasokan energi untuk ketahanan energi nasional.

Rakhmad menjelaskan dalam draft RUPTL (rencana usaha penyediaan tenaga listrik) 2024-2033, dibutuhkan tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 102 GW hingga 2040, dengan komposisi 75 persen energi terbarukan dan 20 persen gas.

"Energi terbarukan secara bertahap akan menjadi dominan dengan masih mempertahankan sebagian porsi untuk gas dalam rangka menjaga keandalan pasokan listrik dan kestabilan finansial, sambil tetap menekan emisi karbon secara agresif," papar dia.

Ditegaskannya, gas dengan potensi dalam negeri yang melimpah memainkan peran kunci untuk menggantikan Bahan Bakar Minyak, mendukung intermittency energi terbarukan variabel, menjembatani transisi menuju energi bersih maupun menjadi energi masa depan dengan teknologi seperti carbon capture. 

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan: