Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ibadah Haji | Rekam Biometrik Dilakukan di Asrama Haji

Petugas Harus Fokus Layani Jemaah

Foto : ISTIMEWA

Se­kretaris Jenderal Kementerian Agama, Nur Syam.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Petugas haji yang bertugas pada musim haji agar fokus untuk melayani jemaah haji Indonesia, bukan justru menjadi orang yang dilayani dan hanya fokus ibadah.

"Sebagai petugas haji, jangan berniat untuk berhaji, tapi niatlah bertugas untuk melayani jemaah haji," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Nur Syam, di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Minggu (27/5).

Nur Syam mengajak petugas haji agar selalu paham dengan tugas pokok dan fungsinya untuk pembinaan, pelayanan, dan perlindungan jemaah haji Indonesia.

Terlebih, kata dia, melayani jemaah haji memiliki tingkat kesulitan yang cukup kompleks. Menurut dia, pelayanan haji bukan persoalan sepele karena memiliki jangka waktu yang panjang dan melibatkan banyak jemaah dan petugas yang menyertainya.

"Bisa dibayangkan dalam sekian puluh hari kita memindahkan sekitar 221 ribu dalam satu periode waktu yang sama dari Indonesia ke Arab Saudi dan memulangkannya kembali ke Tanah Air," kata dia.

Dia membandingkan manajemen jemaah haji di Indonesia dengan Malaysia. Di Negeri Jiran, pelayanan haji terbilang baik, tetapi dari jumlah keseluruhan jemaah hanya sekitar 22 ribu orang yang hanya sepersekian persen saja jumlahnya dibanding jemaah haji Indonesia.

Nur Syam juga meminta jemaah haji agar bisa memahami misi perhajian sehingga bisa meningkatkan kualitas pelayanan haji. Sementara itu, Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, meminta petugas haji yang melayani jemaah di Tanah Suci, Arab Saudi, untuk menjaga stamina sehingga prima dalam pelayanan. "Pola hidup harus diperbaiki agar menuju gaya hidup sehat. Ketahanan fisik sangat diperlukan," katanya.

Dia mengatakan Panitia Petugas Ibadah Haji (PPIH) harus tetap bugar menilik tugasnya melayani jemaah haji Indonesia tergolong berat dan lama.

Dalam durasi setidaknya 40 hari, kata dia, petugas haji harus tetap bisa melayani jemaah dengan baik. Di Tanah Suci juga memiliki tantangan alam yang berbeda dengan Tanah Air.

"Di sana, medan berbeda dengan Indonesia, budayanya, cuaca dan iklim, dan sebagainya," katanya.

Rekam Biometrik

Dalam kesempatan tersebut, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan rekam biometrik untuk tahun 2018 ini yang sudah bisa dilakukan asrama haji di Indonesia bisa mengurangi antrean jemaah saat tiba di Arab Saudi.

"Jadi, kalau selama ini jemaah haji kita harus menunggu berjam-jam, baik di Bandara Jeddah maupun di Madinah, sekarang sudah bisa dilakukan di asrama haji," kata Lukman.

Rekam biometrik ini berupa rekam sidik jari dan dokumen penting lain untuk jemaah haji.

Menag mengaku bersyukur pihak Indonesia bisa meyakinkan otoritas Saudi agar bisa memberlakukan kebijakan itu, terutama dari pihak imigrasi.

Lukman mengatakan rekam biometrik itu termasuk rekam sidik dan dokumen penting lain untuk perjalanan haji yang kini bisa dilakukan di asrama haji di Tanah Air.

Inovasi itu, kata dia, mengurangi beban antrean jemaah saat tiba di Saudi. Dengan begitu, jemaah tinggal mengurus legalisasi stempel paspor. "Sehingga ketika mereka di Saudi, mereka tinggal mengecap paspor mereka dan finger print satu sidik jari saja sehingga lebih efisien," kata dia. Nantinya, rekam data biometrik itu akan sepenuhnya dilakukan di 18 embarkasi di Indonesia.

Saat ini, kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag, Nizar Ali, rekam data biometrik dan sidik jari jemaah haji sudah bisa dilakukan di 13 embarkasi.

Kendati demikian, kata dia, untuk pembubuhan stempel paspor dan verifikasi akhir belum bisa dilakukan di semua embarkasi. "Rencananya, akan ada upaya agar pembubuhan stempel paspor dan verifikasi akhir itu bisa dilakukan di Tanah Air sebagaimana rekam biometrik," katanya. mza/Ant/E-3

Penulis : Mohammad Zaki Alatas, Antara

Komentar

Komentar
()

Top