Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kemandirian Berusaha

Petani Diminta Jangan Bergantung ke APBN

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Produsen pangan harus lebih kreatif dan tidak terlalu bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang makin terbatas. Petani harus lebih mandiri dalam mengembangkan usaha pertanian.

"Tidak hanya mengandalkan dana pemerintah APBN karena terbatas, jadi harus melibatkan stakeholder lain seperti perbankan. Hal itu penting karena faktor kunci adalah pendanaan. Pemerintah mempunyai program yang komplet dari hulu sampai hilir. Kalau tidak di-support dengan dana program maka akan mempengaruhi jalannya usaha," ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan, Heru Triwidarto, di Jakarta, Jumat (11/11).

Dirinya optimistis dengan membaiknya harga komoditas perkebunan, sektor ini akan menarik minat banyak kalangan, termasuk generasi milenial. Dia mencontohkan, saat ini, untuk sawit Indonesia mencapai produktivitas tertinggi di dunia.

"Petani karet bisa bernapas lega karena harga karet beranjak mulai naik, UPTD bisa sampai 12.000, dan sudah banyak petani Indonesia menjadi eksportir," ujarnya.

Seperti diketahui, anggaran Kementan terus turun dari 14,51 triliun rupiah pada tahun ini menjadi 13,72 triliun rupiah pada 2023. Anggaran itu akan terdistribusi ke sejumlah Direktorat Jenderal (Ditjen) dan Badan setingkat Ditjen. Khusus untuk Ditjen Perkebunan dialokasikan 1,13 triliun rupiah.

Heru menjelaskan Direktorat Jenderal Perkebunan memiliki program untuk membantu petani, salah satunya, program baru di pertengahan November 2022 yaitu Program Perkebunan Partisipatif, Program Korporasi Petani, dan lainnya.

Dengan tergabungnya kelompok tani dalam korporasi atau kemitraan dan didukung dengan pendanaan dari perbankan atau KUR, diharapkan dapat membantu memperlancar dalam mengelola kebun atau usahanya, menambah nilai ekonomi dan menekan inflasi.

Komoditas perkebunan sudah di ekspor ke beberapa negara besar, termasuk produk turunan perkebunan menyumbang proporsi dalam pertumbuhan perekonomian. Semua ini salah satunya berkat kontribusi dan kerja keras petani milenial pertanian Indonesia yang sudah menggunakan teknologi digital dalam memasarkan komoditas dan hasil olahannya.

Petani Milenial

Kapus Pendidikan Pertanian Ida Widhi Arshanti menyampaikan petani milenial Indonesia sangat dekat dengan era digital saat ini. Dia berharap petani milenial dapat menggunakan kecanggihan teknologi digital untuk menciptakan berbagai inovasi baru yang mendorong produksi maupun produktifitas beserta turunannya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top