Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Petambang Garam Sahara Berjuang Pertahankan Praktik Perdagangan Kuno

Foto : AFP/Souleymane Ag Anara

Garam Tradisional | Seorang penjual menjajakan batangan garam dekat pertambangan garam Kalala di Bilma, Niger, pada akhir Mei lalu. Dahulu kala pertambangan garam tradisional di Sahara yang dilakukan dari generasi ke generasi ini adalah bisnis yang berkembang pesat.

A   A   A   Pengaturan Font

Perdagangan garam Sahara yang diwariskan dari generasi ke generasi ini, kini berjuang untuk bertahan hidup karena konflik dan pendapatan yang berfluktuasi.

Di tepi sebuah oasis yang hampir tertutup bukit pasir dan tempat kafilah langka masih melintas, terdapat pemandangan gurun yang berlubang. Di situlah terdapat pertambangan garam Kalala, dekat Bilma di Niger timur laut, yang dahulu kala pernah menjadi perhentian penting bagi para pedagang dengan barisan unta mereka yang sarat membawa barang dagangan.

Pertambangan garam tradisional yang dilakukan dari generasi ke generasi ini adalah bisnis yang berkembang pesat, melibatkan komoditas yang sangat berharga sehingga dibeli dan dijual di seluruh Sahara dan sekitarnya.

Namun saat ini, di wilayah gurun terpencil yang diganggu oleh geng bersenjata dan penyelundup, para petambang garam pun berjuang untuk bertahan hidup.

Selama berabad-abad, ratusan lubang telah digali dengan tangan dan kemudian diisi dengan air untuk menghilangkan garam dari batuan setempat. Berdiri di lubang berwarna hitam, tampak Ibrahim Tagaji dan rekannya bergulat dengan linggis untuk memanen hasil tambang mereka melalui sebuah metode ekstraksi yang pada dasarnya tetap tidak berubah dari waktu ke waktu.

Saat itu adalah siang hari yang sangat panas dengan suhu mencapai 45 derajat Celsius. Dengan bertelanjang kaki di air garam yang mulai mengkristal, kedua pria itu menggali bongkahan kristal asin dan menumbuknya menjadi pasir, yang kemudian diambil dengan gayung. Mereka kemudian menuangkan garam ke dalam cetakan yang terbuat dari pohon kurma, membentuk lempengan yang kemudian siap untuk dijual.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : andes
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top