Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Mitigasi Gangguan Alam -- Informasi Warga Diolah untuk Ditampilkan di Situs

Peta Bencana sebagai Gotong Royong Digital

Foto : Istimewa

Direktur Sistem Penanggulangan Bencana Dr Ir Udrekh

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Peta Bencana bisa mengumpulkan visualisasi data berbasis komunitas yang dapat mengurangi risiko bencana serta membantu penyelamatan secara gotong royong digital. Peta Bencana bersifat multi platform (berbagai macam media).

"Artinya bisa dikirim dari berbagai platform yang disukai masyarakat. Maka, dia bisa mendapat banyak masukan mengenai informasi bencana alam," kata Direktur Sistem Penanggulangan Bencana Dr Ir Udrekh dalam acara daring "Memfasilitasi Inklusi dalam Manajemen Bencana" di Jakarta, Rabu (15/9).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggunakan salah satu platform digital bernama Peta Bencana sebagai salah satu langkah untuk membangun kesadaran masyarakat akan bahaya bencana alam. Udrekh menjelaskan, platform itu telah terintegrasi dengan aplikasi pemantauan bencana milik BNPB, yakni InAWARE.

Ini dapat memberikan informasi-informasi terkait bencana alam yang terjadi di suatu daerah. Melalui Peta Bencana tersebut, kata dia, masyarakat dapat saling merangkul untuk meningkatkan kepedulian dan berbagi informasi bencana.

Berbagai informasi yang dibagikan dalam Peta Bencana dapat menjadi sebuah informasi guna membantu penanggulangan risiko bencana lebih dini. Hal tersebut dapat terjadi karena informasi dalam Peta Bencana lebih cepat menyebar daripada persebaran oleh kementerian atau lembaga lainnya.

"Masyarakat memiliki sebuah kepedulian dan memberi informasi dengan memanfaatkan beragam teknologi. Karena memang di Peta Bencana sendiri, tidak hanya satu sumber untuk meng-input," kata Udrekh.

Menampung

Dia juga menyebutkan bahwa informasi-informasi yang dibagikan masyarakat dapat membantu pihaknya untuk mendapat lebih banyak informasi melalui sistem crowdsourching. Ini adalah metode menampung banyak orang untuk mencapai suatu tujuan yang ada dalam situs.

Informasi yang disampaikan bisa tersaring, lalu direspons cepat bila terjadi bencana. Tentunya kedua data (dari InAWARE dan Peta Bencana) dapat diolah menjadi bahan mitigasi.

Sementara itu, Direktur Yayasan Peta Bencana, Nashin Mahtani, mengatakan Peta Bencana dapat membantu menginformasikan bencana secara real time. Ia menjelaskan, situs tersebut akan mendeteksi suatu kata yang dibagikan masyarakat di berbagai media sosial yang berhubungan dengan bencana alam.

Kemudian mengirimkan pesan otomatis kepada masyarakat untuk mengetahui bencana tersebut lebih lanjut. Apabila pengguna melaporkan benar telah terjadi bencana di suatu daerah, laporan-laporan tersebut akan langsung ditampilkan di situs Peta Bencana.

"Ketika pengguna mengirimkan laporan, segera ditampilkan di situs Peta Bencana dan situs website mobile centric yang bisa diakses siapa saja," ujar Nashin. Menurutnya, di dalam Peta Bencana, bisa mengenai banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, gunung berapi, gempa bumi, dan tsunami. Bisa juga infrastuktur yang rusak akibat bencana alam.

Nashin menambahkan, pada saat terjadi bencana, masyarakat akan sibuk membagikan informasi secara cepat di berbagai platform media sosial. Ini dapat mencegah kesenjangan informasi saat bencana. Hal itu juga membantu warga menyadarkan adanya bencana.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Antara, Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top