Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemanasan Global

Perubahan Iklim Ancam Kesejahteraan Manusia

Foto : ISTIMEWA

Ilustrasi perubahan iklim

A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK - Dampak perubahan iklim membahayakan kesehatan planet, umat manusia, dan spesies serta ekosistem yang menopang kehidupan di Bumi. Seperti dinyatakan dalam laporan terbaru Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dirilis Senin (28/2).

"Taruhannya planet kita tidak pernah lebih tinggi. Laporan itu adalah peringatan mengerikan tentang konsekuensi dari kelambanan tindakan yang menunjukkan perubahan iklim adalah ancaman besar dan meningkat terhadap kesejahteraan kita dan planet yang sehat," kata Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB.

IPCC adalah badan PBB yang menangani tentang isu perubahan iklim. Laporan terbaru itu merupakan laporan kedua dari tiga laporan penilaian dari IPCC ke-6 (Assesment Report 6/AR6) sejak didirikan pada tahun 1988, dan laporan ketiga akan diterbitkan pada paruh kedua tahun 2022.

Sebanyak 270 penulis laporan AR6 ini mengompilasi hasil riset dari sekitar 34.000 studi yang merinci cara-cara orang dan ekosistem mana yang rentan terhadap perubahan iklim serta bagaimana mereka beradaptasi dengan perubahan yang diakibatkannya.

Bagian pertama dari laporan AR6 IPCC diterbitkan pada Agustus 2021. Berfokus pada ilmu iklim fisik, di mana para penulis laporan menggambarkan hubungan antara aktivitas manusia dan perubahan iklim secara "tegas", dan mengatakan bahwa suhu global telah meningkat sebesar 1,1° Celsius (2° Fahrenheit) sejak abad ke-19.

Dalam laporan kedua ini membahas tentang dampak, adaptasi, dan kerentanan seputar perubahan iklim. Para pemimpin IPCC mengatakan memotong aliran gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan iklim seperti karbon dioksida dan metana ke atmosfer sangat penting untuk menjaga kesehatan manusia dan ekosistem.

Dijelaskan cara untuk beradaptasi dan meningkatkan ketahanan keduanya, terutama orang-orang yang menanggung biaya terbesar dari perubahan iklim, sama pentingnya, kata laporan itu. Para penulis mencatat 90 persen dari pendanaan iklim digunakan untuk mitigasi, bukan upaya adaptasi.

Pada KTT Iklim PBB tahun 2021 di Glasgow, para pemimpin dunia berkomitmen untuk berada pada jalur yang akan menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5° Celsius pada tingkat praindustri. Tetapi dengan tingkat emisi saat ini, beberapa ilmuwan mengatakan kita mendekati jalur yang akan menyebabkan kenaikan 3° Celsius pada akhir abad ini.

Tingkatkan Risiko

Kondisi itu akan meningkatkan risiko kepunahan sepuluh kali lipat untuk keanekaragaman hayati, dan bisa menghilangkan banyak kemungkinan adaptasi yang saat ini masih terbuka bagi umat manusia.

"Batas adaptasi sudah tercapai, yang secara tidak proporsional berdampak pada masyarakat dalam situasi yang sudah rentan yang juga paling tidak bertanggung jawab atas krisis," Kaisa Kosonen, pakar iklim di Greenpeace Nordic. LSM Greenpeace merupakan lembaga pengamat resmi IPCC.

Edward Carr, ahli geografi, antropolog dan profesor di Universitas Clark di Massachusetts, kepada Mongabay mengatakan laporan kedua AR6 ini lebih komprehensif dibandingkan laporan-laporan AR IPCC sebelumnya, yang pengetahuan masyarakat adat lokal, serta mengatasi ketidakadilan yang melekat tentang bagaimana perubahan iklim sering secara tidak proporsional membebani orang miskin di dunia. Kondisi itu akan meningkatkan kebijakan yang harus dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim

"Jika kita tidak memasukkan orang sebanyak-banyaknya, salah satu hal yang menurut saya telah kita sadari adalah kita belum tentu melakukannya dengan baik. Kami akhirnya memasukkan (pengetahuan masyarakat adat) ke dalam laporan. Oleh karena itu, kekhawatiran (tentang dampak perubahan iklim) dari masyarakat adat itu muncul dalam laporan," kata Carr, salah satu penulis utama laporan itu pada Bab 18 tentang jalur pembangunan yang berketahanan iklim.

Selain memacu peningkatan cuaca ekstrem dan kebakaran hutan yang lebih besar, kenaikan suhu global menyebabkan tekanan kepada manusia yang menyebabkan penyakit dan kematian di seluruh dunia. Tetapi umat manusia menghadapi sejumlah masalah lain yang mengancam kesehatan dan kelangsungan hidup, terutama di antara yang paling rentan di dunia.

Saat gletser mencair, bahkan di gunung tertinggi di Bumi, yang disebut sebagai "menara air dunia", berada dalam kondisi kekurangan air yang saat ini menjadi lebih umum terjadi. Ketahanan pangan dipengaruhi oleh kekurangan air dan kekeringan yang diperburuk oleh perubahan iklim. Dan mencairnya lapisan es dunia mendorong kenaikan permukaan laut, sehingga mengancam komunitas pesisir pantai.

"Kami tidak bisa terus menghadapi tekanan ini dan mengatasi akibatnya. Sebentar lagi akibatnya itu akan terlalu dalam, terlalu dahsyat untuk disembuhkan. Kita perlu melunakkan dan memperlambat tekanan itu dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi kita juga perlu meredam tekanan itu dengan meningkatkan upaya kita untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, yang terlalu lemah untuk waktu yang lama," kata Inger Andersen, Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP) dalam konferensi pers virtual rilis laporan kedua AR6.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top