Senin, 03 Mar 2025, 01:00 WIB

Pertama Kalinya, Pesawat Milik Swasta AS Mendarat Tegak di Bulan

Intuitive Machines melalui Misi Blue Ghost 1 milik Firefly Aerospace berhasil mendaratkan pesawat ruang angkasa di Bulan, Minggu (2/3).

Foto: AFP/Handout/Firefly Aerospa ce

WASHINGTON DC - Sebuah perusahaan AS berhasil mendaratkan pesawat antariksanya di Bulan pada hari Minggu (2/3), menandai misi swasta kedua yang mencapai tonggak sejarah tersebut dan yang pertama melakukannya dalam posisi tegak.

Misi Blue Ghost 1 milik Firefly Aerospace mendarat tak lama setelah pukul 3:34 pagi Waktu Bagian Timur AS (0834 GMT) di dekat Mons Latreille, sebuah formasi vulkanik di Mare Crisium di sisi timur laut Bulan.

"Kalian berhasil mendarat, kita sudah di Bulan," seorang teknisi di pusat kendali misi di Austin, Texas, berseru saat tim bersorak kegirangan.

Mengutip laman Daily Observer, CEO Jason Kim mengonfirmasi bahwa pesawat ruang angkasa itu "stabil dan tegak”, berbeda dengan pendaratan pertama Februari lalu, yang jatuh menyamping.

"Kita sudah sampai di Bulan!" Nicky Fox, administrator asosiasi untuk Direktorat Misi Sains NASA, bersorak gembira.

Gambar pertama dari wahana pendarat itu memperlihatkan medan berbatu dan berlubang yang harus dilaluinya secara otomatis untuk memilih tempat pendaratan, setelah melambat dari ribuan mil per jam menjadi hanya dua mil per jam.

Dijuluki "Ghost Riders in the Sky," misi ini merupakan bagian dari kemitraan NASA-industri yang bertujuan untuk mengurangi biaya dan mendukung Artemis, program yang dirancang untuk mengembalikan astronaut ke Bulan.

Pendarat emas, seukuran kuda nil, diluncurkan pada tanggal 15 Januari dengan roket SpaceX Falcon 9, menangkap rekaman menakjubkan Bumi dan Bulan sepanjang perjalanannya sejauh 2,8 juta mil.

Wahana tersebut berbagi tumpangan dengan wahana pendarat milik perusahaan Jepang yang akan melakukan pendaratan pada bulan Mei.

Blue Ghost membawa 10 instrumen, termasuk penganalisa tanah bulan, komputer tahan radiasi, dan eksperimen yang menguji kelayakan penggunaan sistem navigasi satelit global yang ada untuk menavigasi Bulan.

Dirancang untuk beroperasi selama satu hari lunar penuh (14 hari Bumi), Blue Ghost diharapkan dapat menangkap citra definisi tinggi dari gerhana total pada tanggal 14 Maret, ketika Bumi menghalangi Matahari dari cakrawala Bulan.

Pada tanggal 16 Maret, wahana ini akan merekam matahari terbenam di bulan, memberikan wawasan mengenai bagaimana debu melayang di atas permukaan karena pengaruh matahari -- menciptakan cahaya cakrawala bulan misterius yang pertama kali didokumentasikan oleh astronot Apollo Eugene Cernan.

Kedatangan Blue Ghost akan diikuti pada tanggal 6 Maret oleh misi IM-2 perusahaan Texas lainnya, Intuitive Machines, yang menampilkan pendaratnya Athena.

Keberhasilan ini semakin menguatkan peran sektor swasta dalam mewujudkan mimpi umat manusia untuk menjelajahi alam semesta dan membuka babak baru dalam sejarah eksplorasi antariksa.

Perbaikan Utama

Pada bulan Februari 2024, Intuitive Machines menjadi perusahaan swasta pertama yang mencapai pendaratan lunak di bulan dan juga pendaratan AS pertama sejak misi berawak Apollo 17 tahun 1972.

Akan tetapi, keberhasilan itu disertai sebuah kecelakaan. Yakni sebuah wahana pendarat turun terlalu cepat dan terbalik saat terjadi benturan, membuatnya tidak dapat menghasilkan cukup tenaga surya dan mengakhiri misi itu lebih awal.

Kali ini, perusahaan tersebut mengatakan telah membuat perbaikan utama pada pendarat berbentuk heksagonal, yang memiliki profil lebih tinggi dan ramping daripada Blue Ghost, dan tingginya sekitar jerapah dewasa.

Athena diluncurkan pada hari Rabu (26/2) menggunakan roket SpaceX, mengambil rute lebih langsung menuju Mons Mouton -- lokasi pendaratan bulan paling selatan yang pernah dicoba.

Muatannya mencakup tiga penjelajah, sebuah bor untuk mencari es, dan bintang pertunjukannya: sebuah pesawat tanpa awak (drone) pelompat pertama di jenisnya yang dirancang untuk menjelajahi medan terjal Bulan.

Pendaratan di Bulan menghadirkan tantangan unik karena tidak adanya atmosfer, sehingga parasut tidak efektif.

Sebaliknya, pesawat ruang angkasa harus mengandalkan pembakaran pendorong yang dikontrol secara tepat untuk memperlambat penurunannya.

Redaktur: Andreas Chaniago

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan: