Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 04 Mar 2025, 00:00 WIB

Waspada, Harga Pangan Naik, Bukan Sekadar Siklus Tahunan

Foto: antara

JAKARTA - Selama Ramadan dan Idul Fitri, lonjakan harga pangan menjadi momok yang terus membayangi masyarakat. Tak jarang, harga kebutuhan pokok melonjak tajam sehingga makin membebani ekonomi masyarakat, terutama kelompok berpendapatan rendah.

Menanggapi situasi ini, Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Aimah Nurul Anam menegaskan pemerintah jangan menganggap wajar atau menormalisasikan fenomena lonjakan harga selama Ramadan dan Idul Fitri. Karenanya, pemerintah harus bertindak tegas untuk menjaga daya beli masyarakat.

“Rakyat kami deg-degan setiap Ramadan. Mereka risau karena kebiasaan bulan puasa harga barang selalu naik. Kemarin, istri saya beli cabai, harganya sudah 100 ribu rupiah per kilogram, bahkan tadi (pagi) naik lagi menjadi 120 ribu rupiah per kilogram. Di Pasuruan dan Jombang, harga cabai juga sama, mahalnya. Padahal, menurut paparan Menteri Perdagangan, harga cabai seharusnya hanya 51.000 rupiah,” ujar Mufti Anam dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI dengan Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso dan Rapat Dengar Pendapat dengan Direktur Utama Perum Bulog Novi Helmy Prasetya di Gedung Nusantara I, DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (3/3).

Dirinya pun mengungkapkan rasa frustasi di masyarakat dengan kenaikan harga pangan yang tak terkendali. Dia mencontohkan harga minyak goreng di pasar tradisional mencapai 20.000 rupiah, jauh di atas harga yang dipaparkan oleh Menteri Perdagangan yang mengklaim harga rata-rata minyak goreng adalah 17.200 rupiah. Menurutnya, perbedaan ini menunjukkan bahwa pemerintah gagal mengendalikan harga yang sudah jauh melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan.

Tak hanya itu, Mufti Anam, sapaan akrabnya, juga menyoroti lonjakan harga bawang putih yang dinilai tidak adil. Berdasarkan data terbaru, harga bawang putih rata-rata mencapai 43.000 rupiah per kilogram di pasar tradisional.

Padahal, di pasar internasional harga bawang putih turun. “Bawang putih, misalnya, harga internasionalnya turun dari 1.400 dollar AS per ton menjadi 1.350 dollar AS per ton. Dengan perhitungan yang rasional, harga bawang putih seharusnya tidak lebih dari 30.000 rupiah per kilogram,” jelasnya

Pengamat Pertanian dari Fakultas Pertanian, Sains dan Teknologi, Universitas Warmadewa (Unwar), Denpasar, Bali I Nengah Muliarta mengatakan kebergantungan pada impor bawang putih tak hanya berdampak pada petani, melainkan juga pada stabilitas harga di pasar.

Dalam situasi global yang tak menentu, seperti krisis kesehatan atau konflik internasional, terangnya, pasokan bawang putih bisa terhambat. Kondisi ini bisa berakibat serius bagi ketersediaan pangan di dalam negeri.

Untuk mengatasi isu ini, lanjutnya, diperlukan investasi yang serius dalam teknologi pertanian dan memberikan pelatihan bagi petani. "Pemerintah juga harus mendukung kebijakan yang mendorong produksi lokal, termasuk memberi subsidi dan akses ke pasar yang lebih baik," ucap Muliarta.

Tetap Waspada

Sementara itu, Mendag Budi mengungkapkan harga bahan pokok relatif stabil menjelang Ramadan dan Lebaran 2025. "Menjelang Ramadan dan Lebaran, harga bahan pokok secara nasional per 28 Februari 2025 relatif stabil, meskipun ada beberapa yang naik sedikit," ujar Budi Santoso dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (3/3).

Menurut dia, hanya komoditas cabai rawit merah yang naik sebesar 23,23 persen secara bulanan atau month to month menjadi 81.700 rupiah per kilogram.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.