Perseteruan Marcos-Duterte Kian Memanas
Ferdinand Alexander “Sandro” Marcos
Foto: FacebookMANILA - Putra tertua Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr, pada Selasa (22/10) membela ayahnya dengan mengatakan bahwa Wakil Presiden Sara Duterte telah melewati batas dengan serangannya saat perseteruan antara klan politik terbesar di negara itu meningkat.
Anggota Kongres Ferdinand Alexander "Sandro" Marcos mengatakan dia tidak bisa tinggal diam meskipun ayahnya menyarankan agar dia tidak mengeluarkan pernyataan sementara Wapres Duterte mengancam akan menggali makam mantan diktator Ferdinand Marcos Sr dan memenggal kepala presiden petahana.
"Selama ini saya menahan diri untuk tidak berkomentar karena menghormati Wakil Presiden mengingat amanat yang diberikan kepadanya dan tanggung jawab yang diembannya," kata Sandro Marcos. "Kini saya tidak bisa tinggal diam saat dia mengancam akan menggali makam mantan presiden dan memenggal kepala presiden yang sedang menjabat," imbuh dia.
Anggota parlemen itu mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Selain itu, amukan amarahnya yang aneh telah dikutuk oleh bangsa yang merasa ngeri dengan tindakan tidak peka terhadap orang mati dan kekejaman terhadap orang hidup," ucap Sandro Marcos.
Dia juga mengatakan bahwa ayahnya tidak pernah mengatakan sesuatu yang menegur Sara Duterte dan membenarkan bahwa Sara menjadi sangat marah.
"Bertindak agresif mungkin merupakan terapi diri yang diresepkannya untuk dirinya sendiri. Namun dia telah melewati batas, meninggalkan ruang sipil dan kesopanan tempat perbedaan pendapat dapat diperdebatkan secara rasional," ucap Sandro Marcos.
Ia pun menekankan bahwa Presiden Marcos Jr tidak mengatakan sesuatu pun yang menentangnya yang dapat ditafsirkan sebagai teguran ringan terhadap omelannya. "Ayah saya justru menyarankan saya untuk menahan kekecewaan dan tidak membuat pernyataan," imbuh dia.
"Karena itu, saya tetap mendoakan yang terbaik bagi wakil presiden. Pada akhirnya, keberhasilannya, seperti keberhasilan presiden, akan menjadi keberhasilan bangsa kita secara keseluruhan. Semoga ia menemukan kedamaian pikiran dan kejernihan mental yang tampaknya sulit diraihnya," ucap Sandro Marcos.
Tak Kunjung Reda
Pernyataan generasi muda Marcos itu menunjukkan bahwa pertengkaran publik antara dua keluarga berkuasa itu tak kunjung reda, yang berisiko menimbulkan ketidakstabilan politik di negara Asia tenggara itu menjelang pemilihan paruh waktu pada tahun 2025.
Sandro Marcos bereaksi terhadap pernyataan Wapres Duterte pekan lalu tentang bagaimana Marcos Jr tidak tahu bagaimana menjadi presiden dan pernyataan itu merupakan kritik paling tajamnya sejauh ini terhadap mitra kampanye pemilihannya tahun 2022.
Sara Duterte juga mengatakan dalam pengarahan pekan lalu bahwa ia akan menggali jasad diktator Marcos Sr dan kemudian membuang jasadnya ke laut jika serangan terhadapnya terus berlanjut.
Duterte mengatakan bahwa dirinya telah menjadi sasaran serangan dan para legislator tengah berupaya membuka kasus untuk memakzulkannya.
Kantor Presiden Marcos Jr mengatakan sejauh ini pihaknya tidak akan menanggapi pernyataan Sara Duterte. ST/Politiko/Bloomberg/I-1
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- Gerak Cepat, Gulkarmat Kerahkan 75 Personel Padamkan Rumah yang Terbakar di Kampung Bahari
- Beijing Kecam Tindakan Pemerintah AS yang Batasi Visa Pejabat Hong Kong
- Mengagetkan Cawagub DKI Suswono Tidak Bisa Mencoblos di Pilkada Jakarta, Ternyata Ini Penyebabnya
- Waspada yang Akan Bepergian, Hujan Ringan hingga Deras Disertai Petir Mengguyur Indonesia Pada Sabtu
- Rute baru Kereta Cepat Whoosh