Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Perpeloncoan di Kampus Masih Terjadi, Bagaimana Mengakhirinya?

Foto : The Conversation/Shutterstock/MDV Edwards

Praktik perpeloncoan masih mewarnai masa orientasi mahasiswa baru di Indonesia.

A   A   A   Pengaturan Font

Program ini telah terbukti sukses di beberapa negara, misalnya di Australia melalui O-Week, di mana senior dilatih sebagai relawan untuk menjawab berbagai pertanyaan dari mahasiswa baru. Pertanyaan tersebut tak hanya seputar kehidupan akademik, namun juga terkait adaptasi di lingkungan baru.

Kampus-kampus di Indonesia pun dapat mengadopsi pola ini. Misalnya dengan menerapkan buddy system di mana seorang senior diberi tanggung jawab untuk membimbing sekelompok juniornya selama satu semester. Selama masa pembimbingan itu, senior dapat ditarget untuk memberi program-program penunjang kehidupan akademik seperti tutorial menulis esai atau membuat Curriculum Vitae (CV) yaitu informasi riwayat hidup seseorang yang ditulis secara lengkap dan kronologis.

Sebagai mentor sebaya, senior wajib memiliki pola pikir bahwa mereka adalah fasilitator bagi proses adaptasi juniornya, bukan sebagai pihak yang harus ditakuti secara tak wajar. Dengan cara inilah, keakraban dan rasa hormat akan muncul secara natural.

3. Memahami dampak negatif perpeloncoan

Meskipun terbukti membawa dampak negatif, tidak sedikit yang masih percaya bahwa perpeloncoan merupakan momen pembentukan mental dan solidaritas. Untuk membongkar pandangan keliru ini, kita perlu memahami fakta-fakta tentang dampak negatif perpeloncoan dari hasil penelitian para ahli.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top