Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Perpeloncoan di Kampus Masih Terjadi, Bagaimana Mengakhirinya?

Foto : The Conversation/Shutterstock/MDV Edwards

Praktik perpeloncoan masih mewarnai masa orientasi mahasiswa baru di Indonesia.

A   A   A   Pengaturan Font

Perpeloncoan tak boleh terus dinormalisasi. Lingkungan pendidikan perlu dikembalikan ke tujuannya sebagai ruang yang aman bagi peserta didik. Bagaimana caranya?

Ario Bimo Utomo, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Praktik perpeloncoan masih ditemukan setiap tahun ajaran baru di Indonesia. Pada 2011 silam, seorang mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hassanudin, Sulawesi Selatan, meninggal setelah mengikuti ospek. Di tahun 2017, kasus lain menimpa siswa tingkat satu Sekolah Tinggi Ilmu Pembangunan yang tewas setelah dihajar seniornya di dalam asrama..

Adanya kondisi pandemi dan perubahan moda pembelajaran tak lantas mengakhiri fenomena ini. Tiga tahun lalu, misalnya, perpeloncoan daring terjadi di Universitas Negeri Surabaya, Jawa Timur.

Setelah perkuliahan kembali ke sistem luring pun, tetap muncul laporan terjadinya perpeloncoan. Seperti misalnya yang terjadi pada 2022 di Universitas Jember, Jawa Timur. Universitas tersebut menyelenggarakan kegiatan orientasi hingga dini hari dan menyebabkan 51 mahasiswa baru jatuh sakit.

Di tahun yang sama, ada pula kasus perpeloncoan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, yang mengakibatkan sejumlah mahasiswa muntah-muntah dan dehidrasi setelah dijemur oleh seniornya dalam satu sesi kegiatan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top