![Perpeloncoan di Kampus Masih Terjadi, Bagaimana Mengakhirinya?](https://koran-jakarta.com/images/article/perpeloncoan-di-kampus-masih-terjadi-bagaimana-mengakhirinya-230903104510.jpg)
Perpeloncoan di Kampus Masih Terjadi, Bagaimana Mengakhirinya?
![Perpeloncoan di Kampus Masih Terjadi, Bagaimana Mengakhirinya?](https://koran-jakarta.com/images/article/perpeloncoan-di-kampus-masih-terjadi-bagaimana-mengakhirinya-230903104510.jpg)
Praktik perpeloncoan masih mewarnai masa orientasi mahasiswa baru di Indonesia.
Di Indonesia pun, sejumlah kampus telah membiasakan aktivitas serupa. Misalnya kegiatan orientasi yang dilakukan oleh Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur, melalui aksi donor darah. Kegiatan bakti sosial seperti yang dilakukan Institut Agama Islam Lubuklinggau, Sumatera Selatan, juga patut dicontoh. Program seperti ini tak hanya mempererat angkatan dan melatih kepekaan mahasiswa, namun juga membantu mereka mengenal lingkungan baru.
Menapak jenjang pendidikan baru harusnya diawali dengan semangat kolaborasi, bukan dengan intimidasi. Hal ini akan sangat membantu mahasiswa baru, karena menurut salah satu artikel di Forbes, kemampuan untuk berkolaborasi adalah salah satu kemampuan yang paling dicari di masa depan.
2. Memaksimalkan peran mentor sebaya
Perpeloncoan umumnya terjadi karena adanya penyalahgunaan kekuasaan dari senior kepada juniornya. Untuk mencegahnya, orientasi bisa diarahkan untuk membangun relasi sehat antara senior dan junior, misalnya melalui program mentor sebaya (peer-mentorship).
Melalui program ini, senior berperan sebagai relawan untuk membantu transisi juniornya. Sebelum menjadi mentor, senior dapat diseleksi dan diikutkan pelatihan singkat untuk dapat menjalankan tugas sebaik mungkin.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya