Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Pembangunan

Perlu Waktu Lama Pulihkan Cadangan Karbon di Bekas Mangrove

Foto : ANTARA/ARNAS PADDA

Nelayan mendorong perahunya saat air surut di kawasan konservasi Hutan Mangrove Lantebung, Makassar, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Konversi mangrove akan melepas karbon secara masif dan membutuhkan ratusan tahun untuk mengembalikan kondisi cadangan karbonnya seperti sebelum terjadi pengalihan fungsi. Mangrove memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah yang besar.

Mangrove memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan karbon sehingga kerusakan ekosistem itu akan menghasilkan terlepasnya emisi gas rumah kaca (GRK) dalam jumlah besar," kata peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Virni Budi Arifanti, dalam diskusi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang diikuti daring dari Jakarta, Jumat (26/7).

Seperti dikutip dari Antara, Virni menjelaskan dan merujuk kepada penelitian yang dilakukannya di wilayah delta Sungai Mahakam. Menurut dia, konversi mangrove dalam kondisi baik menjadi tambak menghasilkan emisi GRK yang sangat besar.

"Hampir 50 persen dari cadangan karbon mangrove yang masih bagus ini akan hilang apabila mangrove ini dikonversi menjadi tambak," kata Virni dalam diskusi diadakan dalam rangka Hari Mangrove Sedunia, yang diperingati setiap 26 Juli.

Butuh Waktu Lama

Dalam penelitiannya, Virni menghitung jika tambak bekas lahan mangrove itu beroperasi selama 16 tahun maka upaya pemulihan untuk bisa mengembalikan kondisinya seperti semula membutuhkan waktu yang lama, dengan jumlah penyimpanan karbon di tanah yang sama, membutuhkan waktu sekitar 226 tahun.

"Ternyata memang kemampuan mangrove untuk melepaskan karbon ketika terganggu itu sangat tinggi sehingga upaya kita kalau kita mau mengembalikan kondisi tanah mangrove seperti dalam kondisi intact itu butuh waktu yang lama," jelas Virni.

Di sisi lain, tambah Virni, ekosistem mangrove yang sudah terdegradasi perlu dilakukan rehabilitasi dengan dilakukan penanaman kembali.

Upaya rehabilitasi mangrove, jelasnya, akan dapat membantu mengembalikan biomassa permukaan atas tanah dan bawah tanah setidaknya untuk menyamai mangrove yang masih alami, meski belum dapat mengembalikan kondisi cadangan karbonnya seperti semula.

Sementara itu, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Alue Dohong, menyatakan kawasan mangrove Indonesia bukan hanya sebagai penjaga ekologis yang mampu penyerap emisi GRK, tapi juga berfungsi sebagai benteng pertahanan negara sehingga kelestariannya harus dijaga.

"Hal paling penting yang tidak semua orang memahami kenapa mangrove harus baik, lestari, karena mangrove itu bagian ecological defence system negara dari ancaman serangan fisik dunia luar," katanya.

Alue mengatakan untuk itu KLHK bersama BRGM saat ini sedang fokus untuk mengembalikan kelestarian hutan mangrove yang sudah semakin terdegradasi di Pesisir Utara Pulau Kalimantan yang berbatasan dengan beberapa negara.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top