Perencanaan Pangan ke Depan Harus Komprehensif
DISTRIBUSI PANGAN KE PULAU SAPUDI I Buruh angkut sedang membongkar muatan beras dari kapal di Pelabuhan Kalbut, Mangaran, Situbondo, menuju Pulau Sapudi Sumenep, Madura, Jawa Timur, Selasa (19/3). Kendati Pemerintah terus gencar menyalurkan bantuan beras, namun harga di masyarakat belum kunjung stabil karena adanya dugaan penyalagunaan bantuan dengan mengganti kemasan karung Bulog dengan merk beras premium.
JAKARTA - Pemerintah diminta untuk membuat strategi perencanaan dan pengembangan pangan ke depan yang lebih komprehensif. Hal itu penting untuk mengantisipasi krisis pangan global yang mengakibatkan lonjakan harga bahan makannan.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, YB Suhartoko, mengatakan kebergantungan terhadap pangan tidak saja pada makanan pokok seperti beras, namun juga komoditas pangan sebagai input industri pengolahan hasil pangan.
Adanya kecenderungan kenaikan impor beras, dalam 10 tahun terakhir sejak 2013 sudah meningkat delapan miliar dollar Amerika Serikat (AS) lebih. Di sisi lain, produksi dan areal pertanian dan usaha pertanian malah menyusut karena alih fungsi lahan.
Kebergantungan pangan sebagai input juga sangat mengkhawatirkan, khususnya komoditas gandum dan bawang putih yang impor 100 persen. Begitu pula dengan kedelai 97 persen, gula 70 persen, dan daging sapi 50 persen masih impor.
Menurut Suhartoko, inti dari perencanaan pangan yang terutama adalah pemetaan berdasarkan potensi tanaman yang bisa dikembangkan pada setiap daerah, untuk mengembalikan budaya makanan pokok ke komoditas selain beras.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya