Pereda Nyeri Jangka Panjang Tanpa Efek Samping Ditemukan
Foto: Lou BENOIST/AFPAntibodi 3E1 yang menargetkan CADM1 menawarkan efek analgesik yang inovatif, aman, dan jangka panjang. Obat yang bekerja secara selektif pada saraf sensorik, membuka kemungkinan baru dalam pengelolaan nyeri yang revolusioner di masa depan.
Foto: Charly TRIBALLEAU/AFP
Sebuah penelitian dalam bidang pereda nyeri menciptakan hasil yang revolusioner. Para ilmuwan Departemen Patologi di Fakultas Kedokteran Universitas Kindai, Jepang, meneliti efektivitas antibodi yang menargetkan molekul adhesi sel 1 dalam mengurangi aktivasi neuron yang disebabkan oleh nyeri.
Adhesi sel adalah proses biologi dengan sel tunggal membentuk jaringan dalam tubuh seperti di urat dan pembuluh darah (vaskulatur). Proses ini penting untuk menetapkan morfologi sel, mitosis, pergerakan sel, agregasi sel di dalam tubuh
Studi tersebut dilakukan oleh Fuka Takeuchi, Man Hagiyama, Azusa Yoneshige, Akihiro Wada, Takao Inoue, Yoichiro Hosokawa, dan Akihiko Ito. Judul laporan penelitiannya adalah Pengurangan nyeri pada tikus oleh antibodi dengan afinitas tinggi terhadap molekul adhesi sel 1 pada saraf.
Protein permukaan sel sangat penting untuk memfasilitasi komunikasi sel dan mendeteksi perubahan dalam lingkungan ekstraseluler. Kapasitasnya untuk merespons sinyal eksternal dengan memodulasi aktivitas biologis internal sel inang menjadikannya target yang berharga untuk intervensi terapeutik.
Salah satu protein tersebut, molekul adhesi sel 1 (CADM1), diekspresikan di berbagai jenis sel, termasuk neuron, sel epitel pernapasan, sel epitel endometrium, dan sel mast. Baru-baru ini, antibodi 3E1, yang mengikat secara spesifik ke domain ekstraseluler CADM1, telah diidentifikasi sebagai alat yang menjanjikan untuk pengiriman obat yang ditargetkan ke sel-sel yang mengekspresikan CADM1.
Mengingat tingginya ekspresi CADM1 pada saraf tepi dan distribusinya di sepanjang neurit. Pertanyaan yang muncul di benak para peneliti adalah apakah antibodi anti-CADM1 memiliki efek pada aktivitas biologis saraf?
Profesor Akihiko Ito dan Dr Fuka Takeuchi dari Departemen Patologi di Fakultas Kedokteran Universitas Kindai, Jepang, berupaya mencari jawaban atas pertanyaan penting ini. Mereka menyelidiki dampak antibodi anti-CADM1 pada aktivitas neuronal. Hasil temuan mereka baru-baru ini dipublikasikan dalam jurnal Life Sciences.
Tim tersebut menyuntikkan 3E1, antibodi ektodomain anti-CADM1, di bawah kulit tikus untuk mempelajari lokasinya pada serabut saraf. Studi imunohistokimia dan imunofluoresensi mengungkapkan bahwa 3E1 yang disuntikkan secara eksklusif terlokalisasi pada saraf tepi di dermis.
“Karena CADM1 dapat merekrut reseptor neuronal ke membran plasma, kami berhipotesis bahwa akumulasi 3E1 ini dapat menumpulkan sensitivitas neuronal yaitu memiliki efek analgesik, melalui perubahan ekspresi CADM1 pada serabut saraf. Namun, sepengetahuan kami, belum ada studi yang berupaya mengembangkan obat dalam hal menghambat CADM1 pada saraf,” kata Profesor Ito.
Efek analgesik diuji menggunakan uji nyeri inflamasi kimiawi yang diinduksi formalin dan analisis perilaku yang direkam dalam video pada 6, 12, dan 24 jam pascainjeksi. Tikus yang disuntik dengan antibodi 3E1 menunjukkan perilaku yang lebih sedikit terkait nyeri jika dibandingkan dengan kontrol, dengan efek analgesik yang bertahan hingga 24 jam, yang secara signifikan lebih lama daripada durasi 5 hingga 8 jam yang dilaporkan untuk anestesi lokal levobupivacain.
Investigasi lebih lanjut melibatkan kultur primer sel ganglion akar dorsal tikus untuk mempelajari stimulasi neuronal. Pencitraan sel hidup mengonfirmasi bahwa antibodi 3E1 terlokalisasi ke neurit, dan analisis protein mengungkapkan bahwa antibodi 3E1 membentuk kompleks dengan CADM1 dan menurunkan ekspresi CADM1.
Pulsa laser femtodetik digunakan untuk menginduksi stimulasi mekanis, dengan fluoresensi kalsium (Fluo-8) yang memvisualisasikan stimulasi neuronal. Investigasi mengungkapkan bahwa transmisi saraf ditekan secara nyata dalam sel yang diobati dengan antibodi 3E1.
Khususnya, dalam penelitian ini tidak ditemukan kelumpuhan atau kelainan perilaku pada tikus yang diobati, yang menunjukkan bahwa antibodi 3E1 bekerja lebih baik pada saraf sensorik daripada saraf motorik.
Lebih Aman
Efek dari antibodi 3E1 menonjol dalam bidang manajemen nyeri, karena upaya selama satu dekade untuk mengembangkan obat antibodi yang efektif untuk osteoartritis dan nyeri kronis hanya menemui sedikit keberhasilan.
Meskipun awalnya menjanjikan, antibodi seperti tanezumab, fasinumab, dan fulranumab, yang menargetkan faktor pertumbuhan saraf (NGF), menghadapi kemunduran karena efek samping yang parah seperti iskemia dan nekrosis jaringan.
Tidak seperti penghambat NGF ini, 3E1 menawarkan strategi penghilang rasa sakit yang baru dan lebih aman dengan lebih sedikit kekurangan dan lebih banyak potensi terapeutik.
Secara keseluruhan, fitur unik antibodi 3E1 untuk mengelompokkan CADM1 pada membran plasma membantu aktivitas biologisnya, dan satu suntikan memberikan penghilang rasa sakit selama satu hari atau lebih, tanpa kelumpuhan motorik atau toksisitas.
Menjelaskan lebih lanjut tentang signifikansi temuan mereka, Profesor Ito dengan antusias. Menurutnya identifikasi antibodi yang, ketika disuntikkan, secara spontan terakumulasi di saraf, sehingga menimbulkan efek analgesik kemungkinan akan membuka bidang baru dalam penemuan ‘anestesi antibodi’.
- Baca Juga: Menewaskan 2.500 Imigran India
- Baca Juga: Restoran Cutt & Grill, Luncurkan Menu Steak Baru
“Kami yakin bahwa penelitian saat ini unik dan signifikan karena menghadirkan molekul adhesi sebagai target baru, dan upaya kami untuk memanusiakan antibodi 3E1 dan klon yang dihasilkan diharapkan menghasilkan analgesik yang bekerja lama,” papar dia. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Respons CEO OpenAI tentang Model AI Tiongkok DeepSeek-R1: 'Mengesankan'
- 2 Setelah Trump Ancam Akan Kenakan Tarif Impor, Akhirnya Kolombia Bersedia Terima Deportasi dari AS
- 3 Thailand Ingin Kereta Cepat ke Tiongkok Beroperasi pada 2030
- 4 Incar Kemenangan Penting, MU Butuh Konsistensi
- 5 Diprediksi Berkinerja Mocer 2025, IHSG Sepanjang Tahun Ini Menguat 1,22 Persen
Berita Terkini
- 100% Menyala, PLN Berhasil Pulihkan Listrik 1.873 Pelanggan Terdampak Banjir di Jakarta
- Waspada Jalur Puncak Rawan Longsor
- Ini Penyebabnya Kenapa Banjir di Tangerang Lambat Surut
- Harus Dihukum Berat, Pelaku Pencabulan Anak di Kota Tangerang Ditangkap
- Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi, Kemenperin Tingkatkan Kualitas Data Industri