![Percuma Mendidik, Anaknya Pinter tapi Nyolongan](https://koran-jakarta.com/images/article/php_fazp__resized.jpg)
Percuma Mendidik, Anaknya Pinter tapi "Nyolongan"
![Percuma Mendidik, Anaknya Pinter tapi Nyolongan](https://koran-jakarta.com/images/article/php_fazp__resized.jpg)
BERSAMA ANAK ASUH | Penggagas pendidikan sekolah untuk anak kurang mampu, Liana Christanty (kiri) bersama salah satu anak asuh, di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (13/8).
Terkait pemberian pendidikan karakter, ide itu bermula dari latar belakang keluarga para anak. Liana menyebut dalam tiga tahun pertama sekolah dibuka, banyak barang yang hilang di rumah atau di sekolah.
"Awal-awal sekolah berdiri di rumah, sepeda, sepatu, sandal hilang. Saya berpikir ini tidak benar, kalau hanya pendidikan akademis saja. Percuma mendidik, anaknya pinter tapi nyolongan. Dari situlah saya membangun kakakter mereka," ujarnya.
Pada tiga tahun pertama, banyak barang hilang. Setelah tahun keempat, tidak ada satu pun barang hilang. Sekarang komputer atau uang ditaruh keleleran aman. Ini menunjukkan karakter anak-anak dan ibu-ibu yang menunggui anaknya sekolah sudah berubah," paparnya.selocahyo/N-3
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya