![Percuma Mendidik, Anaknya Pinter tapi Nyolongan](https://koran-jakarta.com/images/article/php_fazp__resized.jpg)
Percuma Mendidik, Anaknya Pinter tapi "Nyolongan"
![Percuma Mendidik, Anaknya Pinter tapi Nyolongan](https://koran-jakarta.com/images/article/php_fazp__resized.jpg)
BERSAMA ANAK ASUH | Penggagas pendidikan sekolah untuk anak kurang mampu, Liana Christanty (kiri) bersama salah satu anak asuh, di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (13/8).
Rumah Belajar banyak didirikan di kawasan pinggiran Surabaya Utara, di mana mayoritas warga adalah orang miskin yang kurang peduli dengan perkembangan anak. Menurut Liana, waktu after school atau di luar sekolah sangat penting bagi perkembangan anak karena lebih panjang dari waktu belajar di sekolah.
Keterlibatan Liana bersama teman-teman dalam pendidikan bermula secara tidak sengaja. Dia mengisahkan, saat berolahraga jalan pagi pada 2008, dia bertemu dengan tiga remaja di dekat lokasi pembuangan sampah, di Sambi Sari, Sambikerep, Surabaya. Lalu, ketiga anak yang tidak pernah mengenyam sekolah itu diajak ke rumah untuk sarapan nasi goreng.
"Setelah dibuatkan, sosisnya tidak dimakan. Setelah ditanya, 'ini mau dibawa pulang karena adik kami belum pernah makan sosis'. Di situ saya terenyuh, lalu mulai memberi makan anak-anak tidak mampu, setiap Sabtu," tutur Liana.
Guru yang Sabar
Liana melanjutkan, guru yang dipekerjakan adalah faktor kunci dalam keberhasilan pendidikan anak-anak tersebut. Apalagi bagi anak-anak miskin yang belum pernah mengenyam sekolah dan jauh dari pendidikan keluarga. Untuk itu, Liana, benar-benar mencari sosok guru yang sabar untuk tugas itu.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya