Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Uang Digital

Perburuan Aset Kripto Sangat Spekulatif

Foto : ISTIMEWA

Pengamat Ekonomi, Ryan Kiryanto

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Salah satu aset cryptocurrency yakni bitcoin, kerap dianggap sebagai instrumen investasi baru yang potensial karena konon keuntungan yang ditawarkan begitu menggiurkan karena peningkatan valuasinya dari waktu ke waktu yang fantastis. Bitcoin oleh para investornya dinilai sebagai "aset yang aman" karena tidak terpengaruh kebijakan ekonomi global terutama di masa pandemi ini.

Harga bitcoin sempat menyentuh level 58.858 dollar AS. Alhasil, total kapitalisasi pasar mata uang kripto itu telah menembus dua triliun dollar AS untuk pertama kalinya dalam sejarah. Hal itu didorong lonjakan dua bulan terakhir seiring dengan kenaikan permintaan dari investor institusi.

Perusahaan milik Elon Musk, Tesla, dikabarkan membeli bitcoin sebesar satu miliar dollar AS sebagai "cadangan kas"-nya dan telah menerima pembayaran dengan mata uang kripto tersebut. Sementara itu, Morgan Stanley juga telah membolehkan sejumlah kliennya untuk menambahkan bitcoin ke dalam portofolio investasinya. Perusahaan-perusahaan lain, seperti Mastercard dan PayPal, dikabarkan juga telah menyiapkan langkah untuk menyambut bitcoin ke dalam sistemnya.

Pengamat Ekonomi, Ryan Kiryanto, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (10/5), mengatakan di tengah lonjakan harga aset mata uang kripto, investor harus tetap waspada dan hati-hati menyikapinya. Sebagai contoh, harga dogecoin, salah satu aset kripto, melonjak 400 persen dalam kurun waktu seminggu, yang memicu kekhawatiran akan terjadinya gelembung di pasar cryptocurrency.

Survei Bank of America (13/4) menyebutkan, hampir 3 dari 4 atau setara 74 persen dari responden investor profesional melihat bitcoin sebagai gelembung. Mereka juga menilai bitcoin ada di peringkat kedua daftar perdagangan yang paling ramai, tepat di belakang saham teknologi.

"Tak heran jika beberapa investor sudah memandang bitcoin sebagai gelembung spekulatif. Para ahli investasi mengatakan bahwa orang-orang membeli cryptocurrency bukan karena mereka berpikir aset kripto memiliki nilai yang berarti, tetapi karena mereka berharap orang lain akan memburunya sehingga mendorong harga naik, dan kemudian mereka dapat menjual dan menghasilkan keuntungan secara cepat," kata Ryan.

Dibiarkan Merugi

Menurut Ryan sangat tepat jika para pakar investasi mengingatkan, ketika semua orang melakukan itu, gelembung harga akhirnya harus meledak dan investor pemula akan dibiarkan merugi jika tidak bisa "keluar tepat waktu". Celakanya, sulit untuk memastikan kapan gelembung itu akan pecah. Artinya, unsur tiba-tiba, dadakan, kejutan, senantiasa membayangi mereka yang berinvestasi di aset kripto.

Konon, di pasar kripto sekelompok "kecil pemain" sering memegang sebagian besar dari jumlah total "koin" yang beredar, sementara ada sebagian besar investor pemula yang belum memiliki keahlian dalam berinvestasi di aset kripto.

"Itu berarti hanya dibutuhkan sedikit orang dari sekelompok pemain kecil tadi untuk seketika membuang semua kepemilikan aset kriptonya pada harga tinggi, sementara sebagian besar investor pemula yang agresif memburu aset kripto tadi tidak tahu kapan akan memetik keuntungan besar seperti yang diangankannya," jelas Ryan. n bud/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top