Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 18 Mar 2025, 06:15 WIB

Perbedaan yang Mencolok dengan Badak India

Foto selebaran yang dirilis oleh Taman Nasional Ujung Kulon dan tersedia pada tanggal 9 September 2015 menunjukkan seekor badak betina (kiri) dan seekor anak badak (kanan) berkeliaran di taman nasional Ujung Kulon.

Foto: AFP / TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

Penelitian terkini telah memicu pergeseran dalam klasifikasi Badak Jawa. Para peneliti mengusulkan agar badak tersebut direklasifikasi ke dalam genus baru, dengan nama ilmiah Eurhinoceros atau menjadi Eurhinoceros sondaicus. Perubahan ini didasarkan pada perbedaan yang jelas dalam gigi dan morfologi.

Badak Jawa dengan nama lama Rhinoceros sondaicus dan Badak India (Rhinoceros unicornis) keduanya berevolusi secara terpisah. Jalur evolusi mereka dibentuk oleh adaptasi mereka terhadap relung ekologi yang berbeda, bukan oleh hambatan geografis.

Famili badak mencakup lima spesies yang masih ada. Spesies tersebut adalah Badak Jawa, Badak India, Badak Putih (Ceratotherium simum), Badak Hitam (Diceros bicornis), dan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Badak Jawa dan India memiliki satu cula, sedangkan yang lainnya memiliki dua cula. Famili dua cula terutama ditemukan di Afrika dan Asia.

Badak Jawa dan India telah mengembangkan adaptasi yang unik. Badak Jawa adalah hewan pemakan tumbuhan. Makanan utamanya adalah daun dan ranting. Sebaliknya, Badak India adalah hewan pemakan rumput. Badak ini memakan rumput dan tumbuhan yang tumbuh rendah. Perbedaan pola makan ini menghasilkan bentuk tengkorak dan struktur gigi yang berbeda.

Badak Jawa memiliki tengkorak ramping dan gigi yang lebih pendek, cocok untuk merumput. Bentuk kepalanya yang lebih lebar membantu dalam memakan tumbuhan berkayu. Badak India memiliki tengkorak yang lebih kuat dan gigi yang lebih tinggi, yang beradaptasi untuk merumput. Ciri morfologi ini mencerminkan perilaku makan mereka yang spesifik.

Mengenai perbedaan evolusi membantu dalam mengembangkan strategi yang ditargetkan untuk setiap spesies. Ini menandai pentingnya relung ekologis dalam kelangsungan hidup dan adaptasi spesies,” tulis studi yang dilakukan oleh ahli zoologi Francesco Nardelli dan ahli paleontologi Kurt Heißig.

Sangat Terancam Punah

Badak Jawa merupakan spesies yang sangat terancam punah dan saat ini termasuk salah satu mamalia besar paling langka di dunia. Hanya ada beberapa puluh saja yang masih hidup di Taman Nasional Ujung Kulon.

Badak Jawa pernah hidup di seluruh wilayah timur laut India dan Asia Tenggara. Di luar Ujung Kulon, badak Jawa terakhir hidup di Vietnam diburu pada tahun 2010. Dengan demikian saat ini hanya ada di Ujung Kulon dengan populasi kurang dari 75 individu yang tersisa.

Badak Jawa adalah hewan pemakan tumbuhan pada seperti pucuk daun, ranting, dan buah. Mereka menggunakan bibir atas yang dapat memegang untuk menggenggam dan memanipulasi tumbuhan. Kebiasaan makan mereka memainkan peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati habitat mereka dengan membentuk komunitas tumbuhan dan menyebarkan benih.

Penurunan jumlah mereka didorong oleh penggundulan, perburuan liar untuk diambil culanya, dan persaingan tanaman yang dikonsumsi badak dengan spesies tanaman invasif seperti pohon aren yang berdampak pada pengurangan ketersediaan makanan. Saat ini, diperkirakan 60 persen (18.000 hektar) bagian semenanjung Taman ditutupi pohon aren (B. Talukdar, 2009), yang menghalangi pertumbuhan makanan badak.

Upaya penebangan/pengelolaan pohon aren dimulai pada tahun 2010 di bagian Gunung Honje di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Hingga Desember 2018, 150 hektar pohon aren telah ditebang dari kawasan tersebut.

Badak Jawa terdaftar sebagai Sangat Terancam Punah dalam Daftar Merah IUCN. Upaya konservasi difokuskan pada perlindungan habitat mereka yang tersisa, pengendalian spesies invasif, dan memastikan populasi dipantau secara ketat.

Studi genetik telah menyoroti perlunya menjaga keragaman genetik untuk meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup. Upaya juga sedang dilakukan untuk mengeksplorasi kelayakan membangun populasi kedua untuk mengurangi risiko kepunahan.

Badak Jawa harus berhadapan dengan perburuan liar meskipun terjadi penurunan karena upaya konservasi. Namun permintaan akan cula badak untuk pengobatan tradisional tetap menjadi ancaman bagi keberadaannya.

Badak Jawa memiliki keanekaragaman genetik yang rendah. Dengan populasi yang sangat kecil, badak Jawa menghadapi tantangan terkait perkawinan sedarah dan berkurangnya ketahanan terhadap perubahan lingkungan. hay

Redaktur: Haryo Brono

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.